kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak jatuh terpicu lonjakan suplai


Kamis, 11 Agustus 2016 / 18:05 WIB
Harga minyak jatuh terpicu lonjakan suplai


Reporter: Diba Amalia Haritz | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak mentah semakin melandai. Kondisi suplai yang berlebih di pasar global menyulitkan harga minyak keluar dari tekanan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (11/8) pukul 15.20 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2016 di New York Mercantile Exchange turun 1,08% dari hari sebelumnya ke level US$ 41,26. Dalam sepekan terakhir, harga minyak bahkan sudah tergerus 1,59%.

Analis PT Finex Berjangka Nanang Wahyudin memaparkan, harga minyak terus tertekan akibat kurangnya permintaan di pasar global di tengah tingginya pasokan minyak. Maklum, salah satu negara anggota OPEC, Arab Saudi pada Juli 2016 mencetak rekor produksi sebesar 10,5 juta barel per hari.

Nah, suplai yang melimpah di pasar tidak sebanding dengan permintaan global. Nanang mengungkapkan, untuk Agustus 2016 permintaan minyak global hanya 500.000 barel.

Sentimen semakin buruk, sebab per pekan lalu, stok minyak di Amerika Serikat tercatat meningkat 1,1 juta barel. Padahal, pasar memprediksi cadangan minyak Negeri Paman Sam akan defisit 1,3 juta barel.

Itu sebabnya, pelaku pasar menantikan pertemuan OPEC yang akan dilaksanakan September mendatang. Dalam pertemuan tersebut, diperkirakan negara-negara anggota OPEC akan membicarakan konsensus mengenai kuota produksi agar dapat mengimbangi permintaan global. Nanang menduga, pada pertemuan OPEC nanti disinyalir akan ada upaya untuk mendongkrak harga minyak menjadi di atas US$ 50 per barel.

Menurut Nanang, harga minyak masih akan tertekan. Apalagi, ada kecendrungan dollar AS menguat pada Kamis (11/8) malam. “AS akan merilis data klaim pengangguran, jika hasilnya bagus, dollar bakal menguat, sehingga melemahkan komoditas,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×