Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kebijakan People's Bank of China untuk mendevaluasi nilai tukar yuan terhadap dollar AS turut menyeret mata uang AUD. Maklum, China dan Autralia memiliki hubungan dagang yang cukup erat. Mengutip Bloomberg, Selasa (11/8) pukul 17.09 WIB, pasangan AUD/USD turun 1,12% ke level 0,7330.
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, devaluasi yuan mengindikasikan perekonomian China semakin memburuk. "Ini turut memicu ketidakpastian di mitra dagang China," ujarnya, Selasa (11/8).
Di samping itu, devaluasi yuan dilakukan untuk mendorong ekspor China. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap ekonomi negara lain yang menjadi pesaing China. Oleh karena itu, aksi devaluasi mata uang China dapat memicu negara lain melakukan hal yang sama mengingat perekonomian global saat ini sedang lesu. Dampaknya, mata uang dollar AS akan semakin berotot.
Makanya, tak heran jika AUD akhirnya tunduk di hadapan USD. Di saat yang sama, mata uang USD juga menguat di hadapan mata uang lainnya. Padahal, sebelumnya USD sempat melemah setelah wakil ketua The Fed, Stanley Fitcher menyatakan pihaknya belum bisa menaikkan suku bunga sebelum inflasi normal. Pernyataan tersebut sekaligus mematahkan ucapan Gubernur The Fed negara bagian Atlanta Dennis Lockhart yang menilai kenaikan suku bunga semakin dekat.
Pergerakan AUD/USD selanjutnya, menurut Nizar masih akan dipengaruhi sejumlah data dari China seperti ouput industri dan retail sales tahunan, serta fixed asset investment. Data output industri diperkirakan turun menjadi 6,7% dari sebelumnya 6,8%, sementara retail sales tetap di level 10,6%. Jika data sesuai prediksi maka pasangan AUD/USD bisa melanjutkan pelemahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News