Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) alias Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memiliki jajaran direksi baru. Sejak Senin 22 Juni 2020, Yoyok Isharsaya dan Djoko Saptono menjadi Direktur Utama dan Direktur PHEI dalam empat tahun ke depan.
Djoko menggantikan menggantikan Wahyu Trenggono yang telah menjabat sebagai Direktur PHEI selama dua periode dari tahun 2012 – 2020. Sementara, Yoyok meneruskan jabatannya sebagai Direktur Utama yang dimulai sejak tahun 2016 lalu.
Direksi PHEI ini akan menjabat pada periode 2020-2024. Manajemen PHEI menjelaskan, pengangkatan dewan direksi ini setelah melalui rangkaian proses yang dipersyaratkan sesuai ketentuan. Antara lain proses fit and proper test yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga: Ini daftar pembelian SUN dan SBSN oleh BI dari pasar perdana hingga minggu pertama
"Kepercayaan dan dukungan yang diberikan pemegang saham PHEI dan OJK menjadi modal bagi saya melanjutkan kepemimpinan di PHEI dan melanjutkan kerja keras PHEI menjadi center of excellence bagi pasar obligasi di Indonesia," kata Yoyok dalam rilis, Senin (22/6). Pria lulusan Sarjana Hukum dan Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini memiliki pengalaman selama lebih dari 30 tahun di pasar modal Indonesia.
Pria asal Yogyakarta ini memulai karir di Pasar Modal Indonesia saat bergabung dengan PT Bursa Efek Surabaya dari tahun 1990-1992. Yoyok juga bergabung dengan PT Bursa Efek Jakarta yang kemudian menjadi PT Bursa Efek Indonesia.
Yoyok juga pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PHEI pada tahun 2008-2010 sebelum menjabat sebagai Direktur Utama PT Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia pada tahun 2013-2016. Tahun 2016 diangkat sebagai Direktur Utama PHEI sampai saat ini.
Sementara Djoko adalah Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia mendapat gelar Magister Manajemen dari Perbanas Institute di 2013. Djoko memiliki pengalaman 14 tahun di pasar modal Indonesia. Karirnya di pasar modal Indonesia dimulai saat bergabung bersama PT Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2011.
Baca Juga: Minim risiko, obligasi negara jadi pilihan lebih aman daripada obligasi korporasi
Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur PT Indonesia Capital Market Electronic Library (ICaMEL) pada 2011-2013, kemudian bergabung kembali dengan PT Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2018. Sebelumnya ia menjabat sebagai Direktur PT Pefindo Biro Kredit pada tahun 2018-Juni 2020. "Saya berkomitmen untuk memajukan PHEI sebagai badan usaha dan yang berperan dan kontribusi PHEI di industri keuangan di Indonesia," terang dia dalam rilis.
PHEI sebagai Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE) pertama dan satu-satunya di Indonesia yang dijadikan acuan oleh berbagai institusi, termasuk Bank Indonesia. PHEI juga sebagai acuan dalam pengawasan kegiatan transaksi pasar efek bersifat utang dan sukuk di Indonesia.
Sampai dengan Juni 2020 PHEI telah melakukan valuasi terhadap 1.075 seri efek bersifat utang dan sukuk dengan total nilai outstanding sebesar Rp 4.532,06 triliun. Jumlah pengguna jasa informasi berbayar BIPS atau Bond Information & Pricing Services mencapai 242 perusahaan yang mayoritas merupakan institusi keuangan seperti dana pensiun, asuransi, perbankan, manajer investasi dan perusahaan efek.
Baca Juga: Stimulus BI Tak Mempan Angkat Prospek Harga Surat Utang Negara (SUN)
Selain jasa informasi PHEI juga telah mengembangkan program pendidikan obligasi melalui School of Bonds & Fixed Income atau SoBFI, yang telah menjaring 2.773 peserta melalui penyelenggaraan 199 kelas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News