Reporter: Dyah Megasari | Editor: Edy Can
JAKARTA. Serbuan dana asing di pasar keuangan Indonesia akhir-akhir ini membuat harga Surat Utang Negara (SUN), termasuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) kian menjulang. Alhasil, imbal hasil alias yield SPN saat ini lebih rendah ketimbang bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor satu bulan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Rahmat Waluyanto mencatat, serbuan dana asing menekan imbal hasil SPN menjadi 6,26% atau lebih kecil dari SBI satu bulan senilai 6,29%. "Bahkan BI rate saja masih di 6,5%," terang Rahmat, Selasa (29/6).
Langkah Moody's Investor Services menaikkan prospek utang Indonesia dari stabil menjadi positif menjadi salah satu alasan yang mendorong investor asing kian agresif masuk ke Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana prospek SPN nanti, bila Bank Indonesia (BI) meluncurkan SBI bertenor 12 bulan pada minggu kedua Juli 2010? Para analis punya pandangan berbeda tentang hal tersebut.
I Made Adi Saputra, Analis Obligasi NC Securities, memperkirakan, akan ada perpindahan dana dari SPN ke SBI, karena imbal hasil SBI lebih menguntungkan ketimbang SPN. "Tapi untuk saat ini (sebelum SBI 12 bulan terbit), SPN lebih menarik karena investor leluasa untuk melakukan transaksi," ujar Made.
SPN lebih likuid
Seperti kita tahu, mulai pekan kedua Juli nanti, BI juga akan mulai mewajibkan investor SBI memegang instrumen ini minimal selama satu bulan. Namun aturan ini tak berlaku untuk investasi di SPN. Jadi, investor bebas memperjualbelikan surat utang pemerintah bertenor satu tahun ini, kapan pun mereka kehendaki.
Lantaran kondisi itu, Analis Obligasi Mandiri Sekuritas Handy Yunianto meyakini, penerbitan SBI 12 bulan tidak akan sertamerta membuat investor hengkang dari SPN. "SPN lebih likuid, investor juga bisa memperoleh dana lebih cepat jika terdesak likuiditas," jelasnya.
Rahmat pun sangat yakin, minat investor membeli SPN masih cukup tinggi. "Hal itu terjadi karena SPN lebih tradeable (bisa diperdagangkan) dibanding SBI. Apalagi, SPN bisa jadi aset dasar transaksi repo dengan BI," jelasnya.
Tingginya minat itu tecermin pada penawaran yang masuk saat lelang. Dalam lelang terakhir (22/6), penawaran yang masuk untuk SPN mencapai Rp 10,45 triliun. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan penawaran yang masuk untuk SUN.
Kendati imbal hasilnya terus turun, SPN tetap menarik bagi pemodal, terutama investor asing. Sebab, imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia bertenor satu tahun ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan imbal hasil surat utang serupa di negara lain. Ambil contoh, US Treasury Bills bertenor dua tahun saat ini hanya memberikan imbal hasil sekitar 0,63%.
Kondisi perekonomian global yang belum menentu juga membuat SPN menarik. Pasalnya, investor bisa sewaktu-waktu keluar saat membutuhkan dana cair. Investor juga bisa cepat mengalihkan dananya ke instrumen lain yang lebih menguntungkan begitu kondisi ekonomi membaik.
Tak heran, meski semester I-2010 belum berakhir, pemerintah mengklaim, penerbitan SUN sudah mencapai 62,84% dari target Rp 175,06 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News