Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adu kuat sentimen bearish versus flight to safety di pasar obligasi global berlanjut tadi malam, Senin (16/10). Hal ini ditandai dengan aksi jual obligasi di pasar negara maju dan negara berkembang.
Akibat aksi jual tersebut, indeks obligasi S&P untuk pasar negara maju dan EMBI untuk pasar negara berkembang masing-masing terkoreksi 0,3%. Lebih lanjut, yield 10Y UST dan Bund masing-masing naik 9 bps dan 5 bps menjadi 4,71% dan 2,79%.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, di tengah tingginya volatilitas pasar global, yield 10Y INDOGB bertahan di 6,77%. Menurutnya posisi yield 10Y INDOGB saat ini rentan terhadap koreksi.
Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia September 2023 Diproyeksi Melambat, Ini Alasannya
Prediksi tersebut mempertimbangkan yield spread antara 10Y INDOGB versus UST yang menipis menjadi 207 bps dari posisi puncak 237 bps pada 4 Oktober 2023. Yield spread antara 10Y INDOGB dan 2Y INDOGB juga turun menjadi 26 bps dari posisi puncak 61 bps pada 3 Oktober 2023.
Berdasarkan angka ini, Lionel melihat peluang koreksi yield 10Y INDOGB sebesar 30 bps-35 bps menjadi 7,13% pada masa mendatang.
"Kami merekomendasikan kembali kepada investor untuk memanfaatkan arah yang tidak menentu saat ini untuk memperkuat posisi defensif dengan melakukan overweight terhadap obligasi korporasi tenor pendek," ucap Lionel, Selasa (17/10).
Baca Juga: Sepekan Ditawarkan, Penjualan ORI024 Mencapai Rp 3,8 Triliun Per Senin (16/10)
Obligasi korporasi tenor pendek yang dimaksud adalah yang mempunyai jangka waktu satu tahun dan tiga tahun dengan rating AAA, AA, dan A. Sementara SBN yang direkomendasikan adalah yang bertenor dua tahun.
"Kami memprediksi yield 10Y INDOGB masih akan mengalami konsolidasi di rentang 6,75%-6,85% hari ini," kata Lionel. Sementara rupiah berpotensi terapresiasi menuju rentang Rp 15.600-Rp 15.700 per dolar AS hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News