Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dividen jumbo masih menjadi daya tarik saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Emiten tambang batubara ini secara konsisten membagikan dividen yang tinggi kepada para pemegang sahamnya. Tahun ini saja, ITMG telah menyisihkan 70% dari laba bersih tahun 2021 sebagai dividen, yakni sebesar US$ 333 juta.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan memperkirakan, kemurahhatian ITMG dalam kebijakan pembayaran dividen akan dipertahankan tahun depan. Hasan mengasumsikan, rasio pembayaran dividen ITMG tidak berubah, yakni pada 70%.
Dengan demikian, Hasan berekspektasi ITMG membagikan dividen sebesar US$ 781 juta, yang akan dibayarkan dalam dua tahap. BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan dividen interim tahun ini sebesar US$ 221 juta, dengan sisa dividen sebesar US$ 560 juta akan dibagikan pada kuartal pertama 2023.
Baca Juga: Kinerja Indo Tambangraya Megah (ITMG) Terdorong Harga Batubara
“Dividen yield 2023 tersirat pada 19,2%,” terang Hasan dalam riset, Selasa (6/9)
Di sisi lain, kinerja operasional ITMG diperkirakan membaik, dengan pertumbuhan produksi yang solid di kuartal ketiga 2022. Pada paruh pertama 2022, produksi ITMG dilanda cuaca yang buruk dan curah hujan yang tinggi. Hal ini menyebabkan penurunan produksi sebesar 12% secara tahunan atau year-on-year (YoY) menjadi 7,7 juta ton. Angka ini hanya mencapai 44% dari target produksi yang dipasang ITMG
Meski demikian, untuk kuartal berikutnya, manajemen ITMG sendiri meyakini bisa meningkatkan volume produksi sebesar 18% menjadi 4,6 juta ton. Dalam pandangan Hasan, ITMG dapat memenuhi target produksinya. Hal ini karena produksi batubara ITMG pada kuartal kedua 2022 mampu mencapai 3,9 juta ton, atau di atas target yang dipasang manajemen, yakni sebesar 3,8 juta ton. Dus, ITMG dinilai dapat mencapai target produksi 2022 yang dipasang BRI Danareksa Sekuritas, yakni sebesar 18 juta ton.
Harga batubara pun akan tetap tinggi akibat krisis energi yang berkepanjangan. Pada kuartal-kuartal berikutnya, pasokan batubara dengan kalori menengah dari Rusia semakin ketat, seiring mendekatnya musim dingin. Krisis energi juga akan berlanjut di tahun 2023, yang berarti harga batubara akan tetap di atas angin.