kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yield cenderung naik di awal tahun, diproyeksikan menurun ke 5,5% di akhir 2021


Kamis, 14 Januari 2021 / 22:26 WIB
Yield cenderung naik di awal tahun, diproyeksikan menurun ke 5,5% di akhir 2021
ILUSTRASI. Kemarin yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun berada di 6,17%


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali tahun 2021 hingga Kamis (14/1), yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun terus beranjak naik. Hal ini juga berarti harga obligasi pemerintah terus terkoreksi. 

Mengutip Bloomberg, kemarin yield SUN tenor 10 tahun berada di 6,17%. Sementara, di akhir tahun lalu yield berada di level 5,8%.

Dalam riset Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), pelemahan harga SUN atawa kenaikan yield terjadi karena risiko meningkat seiring kenaikan jumlah kasus Covid-19. Akibatnya, beberapa negara terpaksa harus melakukan lockdown atau memperketat protokol kesehatan. Hal ini tentu meningkatkan risiko pada pemulihan ekonomi. 

Sementara itu, Director and Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Asset Management Indonesia Ezra Nazula memproyeksikan di akhir tahun ini yield SUN tenor 10 tahun berpotensi menurun ke level 5,5%. Katalis positif datang dari global maupun domestik. 

Baca Juga: Pemerintah akan melelang tujuh seri SUN dengan target hingga Rp 52,5 triliun

Ezra memandang fundamental Indonesia kuat dengan inflasi yang tetap terjaga di level 2%-3%. "Stabilitas makro ekonomi kita terjaga serta kebijakan akomodatif dari bank sentral dukung pasar obligasi," kata Ezra. Selain itu, nilai tukar rupiah juga Ezra proyeksikan tetap stabil di tahun ini, sehingga dapat memperkokoh fundamental.

Sementara, pasar obligasi masih bisa berikan real yield yang menarik di sekitar 3%. Selisih yield US Treasury dengan SUN juga cukup lebar. Ezra mencatat saat ini terdapat perbedaan 500 basis poin antara yield US Treasury dengan yield SUN. Sebagai perbandingan rata-rata spread terkecil berada di 343 basis poin.

"Imbal hasil obligasi pemerintah masih menarik di tengah yield hunting oleh investor yang mencari imbal hasil di tengah rendahnya yield secara global," kata Ezra, Kamis (14/1).

Baca Juga: Yield naik, investor cenderung menahan diri masuk lelang sukuk negara

Yield juga berpotensi balik menurun karena diperkuat oleh likuiditas pasar yang tinggi. Salah satunya dari institusi perbankan. Ezra memproyeksikan penyaluran kredit di tahun ini masih akan rendah sehingga likuiditas perbankan bisa masuk ke pasar obligasi.

Ezra pun tetap optimistis meski di sepanjang tahun lalu porsi kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) menurun dari sekitar 35%-40% di 2019 menjadi sempat di bawah 25% di akhir 2020. Dia memperkirakan pasar SBN akan tetap berkinerja positif karena tersokong likuiditas domestik yang tinggi.

"Tren positif di pasar obligasi tahun ini akan tetap terjadi meski kepemilikan asing menurun," kata Ezra. Bahkan, dengan kepemilikan asing yang turun, volatilitas pasar obligasi akan lebih rendah karena pergerakan pasar tidak lagi tergantung pada jumlah investor asing yang rentan keluar jika terjadi ketidakstabilan di pasar global.

Baca Juga: Ayers Asia menyebut saham dan obligasi jadi pilihan menarik tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×