Reporter: Anna Suci Perwitasari, Michelle Clysia Sabandar | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT XL Axiata Tbk di semester I 2018 memang masih loyo. Meski begitu, para analis masih meyakini kinerja perusahaan yang memiliki kode emiten EXCL ini akan membaik di paruh kedua tahun ini.
Analis menilai kenaikan harga paket data untuk pengguna Axis dan XL akan mendorong kinerja naik. Kenaikan tarif paket data Axis sudah diterapkan sejak Mei lalu. Sedangkan untuk pengguna paket data XL, kenaikan harga terjadi sebelum lebaran.
Namun keduanya diperkirakan baru akan berdampak di kinerja semester dua ini. "Perusahaan juga sudah menyampaikan niatnya untuk kembali menaikkan harga secara bertahap untuk paket data XL selepas lebaran," kata analis Indo Premier Sekuritas Paula Ruth, dalam riset yang dirilis 9 Agustus lalu.
Potensi kenaikan tarif data XL memang cukup besar. Dalam rilisnya, analis Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara mengatakan, perusahaan halo-halo ini memang memiliki keleluasaan melakukan monetisasi bisnis data dibandingkan perusahaan pesaing. Ini lantaran minimnya kemungkinan intervensi pemerintah terhadap kebijakan bisnis perusahaan swasta.
Memang tarif data milik EXCL saat ini lebih murah ketimbang kompetitornya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). "Saat ini tarif data EXCL masih Rp 6.812 per gigabyte (GB), sedangkan TLKM sudah Rp 8.879 per GB. Kami yakin kenaikan harga data di semester II 2018 akan terealisasi," jelas Arandi.
Selain itu, loyalitas pengguna XL cukup solid. Ini berdampak positif bagi kinerja. Dalam enam bulan pertama 2018, pengguna EXCL malah naik 5% menjadi 53 juta pelanggan, dengan pengguna pascabayar melejit 53% menjadi 891.000 pengguna.
Padahal, saat itu, ada periode registrasi ulang yang sempat membuat emiten halo-halo ketar-ketir kehilangan pelanggan. Kenaikan pengguna juga membuat lalu lintas data EXCL ikut terkerek naik 76% menjadi 935 petabyte.
Ekspansi EXCL
Rencana ekspansi EXCL di tahun ini pun diprediksi akan berbuah manis. Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta mengatakan, walau kinerja EXCL melempem di semester satu lalu, namun perusahaan ini tetap menjalankan ekspansi tanpa melakukan penundaan. "Rencana EXCL memperluas jaringan diprediksi akan memberi efek positif pada fundamental EXCL," jelas dia.
Memang di tahun ini, EXCL bakal menambah jumlah base transceiver station (BTS). Bahkan 70% dari dana belanja modal atau capital expenditure (capex) yang mencapai Rp 7 triliun digunakan untuk penambahan jaringan data.
Paula menambahkan, kini fokus penambahan jaringan EXCL berada di luar Pulau Jawa. "Ini bisa menjadi kunci pertumbuhan kinerja perusahaan di masa mendatang," papar dia.
Namun, kinerja buruk EXCL di paruh pertama tahun ini membuat Paula memprediksi pendapatan perusahaan di tahun ini bakal cenderung flat dibandingkan tahun lalu. Asal tahu saja, pada semester satu lalu, pendapatan EXCL hanya tumbuh 1,03% jadi Rp 11,05 triliun. Namun, beban penjualan dan pemasaran yang meningkat, serta adanya kerugian selisih kurs, membuat EXCL mencetak rugi bersih sebesar Rp 81,74 miliar.
Hal tersebut juga membuat Arandi melakukan pemangkasan proyeksi kinerja EXCL. Jika sebelumnya Arandi memperkirakan pendapatan perusahaan halo-halo ini bisa mencapai Rp 27,03 triliun, kini ia memprediksi pendapatan cuma mencapai Rp 23,74 triliun. Sementara laba bersih hanya mencapai Rp 247 miliar, dari laba bersih sebelumnya sebesar Rp 802 miliar.
Dengan kinerja yang belum maksimal ini, Arandi pun menurunkan target harga EXCL dari sebelumnya Rp 4.200 per saham menjadi Rp 3.380 per saham. Meski begitu, ia masih mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ini.
Serupa, Paula memberi rekomendasi beli bagi EXCL. Ia mematok target harga saham ini di level Rp 3.500 per saham. Setali tiga uang, Nafan juga merekomendasikan beli dengan target harga jangka menengah di Rp 3.400 per saham. Kemarin, harga EXCL ditutup di Rp 2.990 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News