Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) terus berupaya untuk meningkatkan kinerja dan ekspansi di tahun 2019 ini.
Sekretaris Perusahaan EXCL Tri Wahyuningsih menyatakan bahwa pihaknya selalu terbuka untuk menerbitkan obligasi atau penambahan modal via rights issue atau sejenisnya. "Kami selalu melakukan assessment terhadap pasar untuk mendapatkan hasil yang optimal dari kombinasi fixed dan floating fund. Kami terbuka untuk pendanaan perbankan, obligasi, sukuk, dan lainnya yang dirasa paling sesuai dengan objective kami. Kami akan informasikan jika rencana tersebut akan dilakukan," ungkapnya kepada kontan.co.id, Jumat (15/3).
Sekadar info, di bulan Februari 2019 ini EXCL baru saja melakukan Penawaran Umum Berkelanjutan untuk Obligasi I XL Axiata Tahap II dan sukuk ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap II Tahun 2019. Mengutip keterbukaan informasi (7/2), jumlah pokok obligasi yang diterbitkan sebesar Rp 634 miliar dan terdiri dari empat seri. Selain itu, EXCL juga telah menyelesaikan proses Penawaran Umum Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap II Tahun 2019 dengan jumlah sisa imbalan ijarah yang diterbitkan sebesar Rp 640 miliar yang terdiri dari dengan lima seri sukuk ijarah.
Selanjutnya untuk meningkatkan kinerja, Ayu menjelaskan bahwa pihaknya akan tetap konsisten dengan strategi yang telah diterapkan sejak beberapa tahun terakhir yaitu menjalankan strategi 3R dengan berfokus ke layanan data. "Untuk target pendapatan adalah selaras dengan pertumbuhan industri di 2019 ini," terang dia.
Ia juga mengungkapkan bahwa untuk tahun 2019, anggota indeks Kompas100 ini, menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp 7,5 triliun yang sumbernya sebagian besar dari internal kas perusahaan dan juga aliran kas operasional EXCL. "Alokasinya nanti sekitar 70% hingga 80% akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur layanan data khususnya di luar pulau Jawa dan juga peningkatan kualitas layanan data di pulau Jawa," imbuhnya.
Sebagai perbandingan di 2018 lalu, total realisasi belanja modal XL Axiata sebesar Rp 7 triliun. Sepanjang 2018 XL Axiata telah menambah sebanyak 17.502 BTS. Pada akhir 2017 BTS XL Axiata sebanyak 101.094 unit, sementara pada akhir 2018 menjadi 118.596 unit.
Namun, sayangnya Ayu masih enggan memaparkan soal target ekspansi EXCL ke luar pulau Jawa. "Memang di 2019 ini, kami fokus untuk ekspansi jaringan 4G ke pulau-pulau terluar. Tapi maaf untuk target nya belum bisa kami buka," lanjutnya.
Sebelumnya Direktur Jaringan EXCL Yessie D Yosetya mengatakan, di 2019 EXCL menargetkan agar 92% jaringan XL Axiata tahun ini sudah tercakup 4G. Pada 2018 jaringan XL Axiata yang sudah tercakup sebanyak 85% dari total populasi. "Fokus ekspansi XL Axiata bakal tertuju pada luar Jawa. Khusus wilayah Indonesia Timur kami nunggu Palapa Ring jadi," katanya.
Sesuai catatan kontan, di akhir Maret ini, EXCL baru saja melakukan pengembangan jaringan 4G ke kepulauan Anambas, Riau. Pengembangan tersebut memanfaatkan jaringan tulang punggung Palapa Ring Barat. Ini merupakan salah satu komitmen XL Axiata untuk melayani masyarakat Indonesia hingga ke pelosok daerah, termasuk pulau-pulau terluar yang masuk wilayah Laut Cina Selatan tersebut. Secara keseluruhan di wilayah Kepulauan Riau termasuk Kepulauan Anambas, XL Axiata memiliki lebih dari 1.300 BTS termasuk lebih dari 650 BTS 3G dan lebih dari 350 BTS 4G.
Saat ini jumlah pelanggan XL Axiata mencapai sekitar 54,9 juta pelanggan, dengan jumlah pelanggan data mencapai sekitar 82% dari total pelanggan, yang didukung dengan infrastruktur jaringan sebanyak lebih dari 118.000 BTS termasuk lebih dari 81.000 BTS data (3G & 4G) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia serta jaringan fiber optik sepanjang lebih dari 45.000 km. Saat ini jangkauan layanan data 4G XL Axiata juga telah melayani sekitar 400 kota/kabupaten di Indonesia.
Sementara dari sisi kinerja keuangan, emiten halo-halo ini mencatat kerugian bersih Rp 3,30 triliun pada tahun 2018, dari tahun 2017 dengan laba Rp 375,24 miliar. Lonjakan kerugian ini terutama berasal dari beban penyusutan dan amortisasi yang mencapai Rp 11,62 triliun di tengah pendapatan usaha yang cenderung stagnan.
Pendapatan EXCL juga cuma naik tipis 0,27% secara tahunan menjadi Rp 22,94 triliun di akhir 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News