Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) berencana melego 40% saham anak usahanya yang bergerak di bisnis jalan tol yakni PT Waskita Toll Road (WTR). Divestasi ini untuk memperkuat modal demi menggarap 14 ruas tol yang dimiliki hingga kini.
WSKT membutuhkan ekuitas sebesar Rp 25 triliun untuk menggarap seluruh konsesi tol yang mereka kuasai. Sementara modal yang disuntik ke WTR saat ini baru mencapai Rp 6,5 triliun.
"Sisanya harus dicari dengan menjual sebagian saham WTR. Kami akan divestasi 40%," ungkap Muhammad Choliq, Direktur Utama WSKT, Rabu (13/4).
WSKT telah menawarkan rencana tersebut pada investor asing dan lokal. Hingga kini sudah lebih dari lima investor tertarik menyerap divestasi saham WTR. Proses divestasi akan dilakukan lewat mekanisme negosiasi. Investor yang sepakat dengan harga yang dipatok WSKT akan menyerap saham WTR.
Saham divestasi tadi bisa diserap satu investor, jika memiliki kemampuan pendanaan. Jika tidak, lebih dari satu investor juga bisa menguasai 40% saham WTR. Hanya saja, WSKT tak menetapkan target kapan divestasi rampung.
Hal itu tergantung perkembangan negosiasi antara WSKT dan calon investor. Hingga saat ini, WSKT telah menguasai 14 ruas jalan tol, antara lain Medan Kualanamu-Tebing Tinggi dengan kepemilikan 35%, Depok-Antasari 25%, Bekasi-Kalimalang-Kampung Melayu 60%, serta Pejagan-Pemalang dengan kepemilikan 100%.
Lalu ada ruas tol Solo-Ngawi dengan kepemilikan 40%, Ngawi-Kertosono dengan porsi 40%, Cinere-Serpong 35%, Kanci-Pejagan serta Cimanggis-Cibitung. Meski sudah berhasil menguasai banyak ruas tol, WSKT terus ekspansi di bisnis ini.
"Proyek tol masih luas. Kami masih mengejar konsesi lain," kata Choliq.
Dari seluruh konsesi tol yang dikuasai WSKT, baru ruas Kanci-Pejagan, yakni jalan tol yang menghubungkan Kanci di Cirebon hingga Pejagan di Brebes sepanjang 36 km, yang sudah beroperasi. Per akhir 2015, WTR telah memiliki total aset Rp 9,5 triliun.
Sementara kontribusi laba bersihnya terhadap WSKT sepanjang tahun lalu baru Rp 59,07 miliar. Lucky Bayu Purnomo, analis Danareksa Sekuritas, menilai, harga saham WSKT sudah tumbuh agresif sejak Oktober 2015.
Menurut dia, harga saham emiten konstruksi ini sudah overvalued sehingga diperkirakan menuju tren koreksi ke level Rp 2.040 hingga Rp 2.144 per saham. Oleh karena itu, Lucky menilai prospek divestasi WTR akan negatif jika dilakukan ketika harga saham WSKT tinggi.
"Divestasi tersebut tidak bagus di saat harga masih tinggi," ujar dia.
WSKT sebaiknya mendivestasi anak usaha saat harga sahamnya sudah ke support Rp 2.040. Dengan harga rendah, divestasi akan menjadi sentimen positif karena investor melihat WSKT akan melakukan perampingan untuk mendorong kinerja fundamentalnya. Harga saham WSKT kemarin Rp 2.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News