Reporter: Abdul Wahid Fauzi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Niat PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merambah bisnis pertambangan batubara sudah bulat. Melalui anak perusahaannya, PT Wijaya Karya Intrade (WIKA Intrade), perusahaan pelat merah ini menganggarkan dana akuisisi beberapa perusahaan tambang sebesar Rp 150 miliar.
"Dana ini sudah masuk dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) tahun ini," ungkap Direktur Keuangan WIKA Intrade Agung Yunanto, kepada KONTAN, pekan lalu. Sumber pendanaannya berasal dari kas internal. Namun, jika dananya tidak mencukupi, WIKA siap mencari pendanaan dari pihak ketiga.
Bintang Perbowo, Direktur Utama WIKA, mengungkapkan, saat ini pihaknya masih melakukan kajian teknis terhadap perusahaan batubara yang jadi target akuisisi. "Ada dua hingga tiga pertambangan yang masuk dalam kajian," imbuhnya. Sayang, dia masih merahasiakan identitas tambang tersebut dengan alasan masih dalam tahap negosiasi. Yang jelas, lokasinya di Kalimantan Timur.
Sementara Agung menambahkan, semula ada sekitar 18 kuasa pertambangan (KP) yang diteliti. Namun, sejak awal bulan ini, jumlahnya menyusut menjadi tiga KP. Bila semuanya berjalan lancar, WIKA berharap sudah bisa mengakuisisi satu tambang dalam semester satu tahun ini. "Kalau bagus, bisa tiga-tiganya kami ambil," imbuhnya.
Menurut Agung, akuisisi tambang tersebut bertujuan mengamankan target kontrak penjualan batubara WIKA Intrade tahun ini sebesar 1 juta ton. Perusahaan ini telah mengantongi kontrak pasokan batubara bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tanjung Jati sebanyak 500.000 ton per tahun selama lima tahun.
Nah, WIKA Intrade berencana mengincar KP dengan cadangan batubara lebih besar. Tujuannya tak hanya untuk memasok PLTU Tanjung Jati, tapi juga untuk diekspor. "Tapi saat ini kami hanya fokus ikut mengamankan pasokan batubara untuk proyek pembangkit listrik 10.000 MW," tandasnya.
Kepala Riset Ciptadana Securities Franco Sutedjowidjojo menilai langkah WIKA menjajal bisnis batubara sungguh riskan. "Melakukan diversifikasi usaha malah jadi tidak fokus, apalagi belum memiliki pengalaman," tukas dia, kemarin.
Penilaian serupa dilontarkan Kepala Riset Bhakti Securities Edwin Sebayang. "Takutnya, bisnis intinya malah terbengkalai sehingga merugikan perusahaan," imbuhnya. Meski begitu, dia masih merekomendasikan beli saham ini dengan target Rp 500 per saham. Jumat lalu (19/2), harga saham WIKA Rp 330 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News