Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memperoleh kontrak baru senilai Rp 11,4 triliun dalam tujuh bulan pertama tahun ini. Nilai kontrak baru itu mencapai 36% dari target tahun ini yang sebesar Rp 31,6 triliun.
Adanya libur lebaran membuat perolehan kontrak emiten BUMN melambat. Pada bulan Juli 2015, WIKA mencetak kontrak baru Rp 937 miliar. Jika di rinci, sebesar 65% kontrak baru berasal dari swasta, 31,5% dari pemerintah, dan 3,3% dari proyek Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Sampai saat ini, kami belum merevisi target akhir tahun," ujar Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA kepada KONTAN, Jumat (21/8).
Suradi mengatakan, tahun ini, WIKA berharap bisa memperoleh beberapa proyek kelistrikan dari tender PLN. "Salah satunya kami membidik proyek pembangkit listrik Jawa-5," kata dia.
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) itu berkapasitas 2x1.000 mega watt (MW) dengan estimasi investasi mencapai Rp 10 triliun. Analis Mandiri Sekuritas, Aditya Sastrawinata dalam laporannya mengatakan, jika proyek itu berhasil diperoleh, dapat meningkatkan kontribusi kontrak BUMN WIKA.
Tahun ini, WiKA juga sedang fokus mempersiapkan proyek Kereta Cepat (Highspeed Railway/HSR). Dalam riset Mandiri Sekuritas, nantinya 60% proyek itu akan dimiliki konsorsium lokal dan 40% untuk konsorsium asing. Pihak asing tersebut masih belum ditentukan, antara China atau Jepang. Namun, WIKA akan memimpin konsorsium lokal dengan kepemilikan minimal 55%.
Sementara partner lokal lain termasuk PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN-8), PT Kereta Api Indonesia (KAI), dan kemungkinan PT PP Tbk (PTPP) serta PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Total investasi proyek itu ditaksir mencapai Rp 60 triliun. Dalam proyek ini, WIKA memprediksi bisa mengambil bagian proyek konstruksi senilai Rp 30 triliun. Nantinya, anak usaha WIKA, PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) juga bakal mendapat berkah proyek itu.
"Proyek kereta cepat akan berupa jalan layang (elevated) sehingga akan menggunakan komponen beton pracetak dalam jumlah besar," ujar Aditya dalam risetnya, Jumat (21/8).
Punya ruang pendanaan
Suradi mengatakan, untuk pendanaan proyeknya yang besar, WIKA masih memiliki ruang untuk pendanaan. Saat ini gearing ratio WIKA baru sebesar 2,2 kali dari batas 3,5 kali. Sehingga, WIKA masih punya kesempatan untuk menambah utang bank hingga sekitar Rp 4 triliun.
Suradi juga bilang, WIKA juga masih memiliki peluang untuk menerbitkan obligasi, meski tidak tahun ini. "Penerbitan obligasi masih terlalu dini, karena kami menunggu kepastian proyek," imbuhnya.
Selain dari pinjaman bank dan obligasi, WIKA tengah mengajukan Penanaman Modal Negara (PMN). Nilainya sebesar Rp 5 triliun- Rp 7 triliun sebagai alternatif pendanaan untuk proyek kereta api, pembangkit listrik, jalan tol dan beberapa infrastruktur kemaritiman.
Saat ini, Mandiri Sekuritas sedang dalam proses menurunkan ekspektasi pendapatan WIKA dan WTON. "Meskipun demikian, kami meyakini semester II ini akan lebih baik daripada semester sebelumnya," ujar Aditya. Ia merekomendasikan buy WIKA dengan target harga Rp 4.000 per saham.
Pada perdagangan Jumat (21/8), saham WIKA turun 3,13% ke level Rp 2.635 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News