Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi tampak tersendat tahun ini. Meski begitu, kondisi ini tak memupuskan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) untuk mengincar kontrak baru. Hingga akhir tahun, WIKA tengah berpartisipasi dalam open tender proyek dengan nilai keseluruhan Rp 70 triliun.
Tender ini terdiri dari proyek pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta. Untuk pemerintah, proyeknya antara lain terdiri dari pembangunan negara dan daerah. Kemudian untuk BUMN, ini adalah Angkasa Pura, Pelindo, PT Pertamina (Persero), PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), dan lain-lain. Lalu untuk swasta, tendernya yakni di bidang minyak dan dan gas, pembangunan gedung, dan lainnya.
"Dari situ, winning rate kami 20%. Proyeksi untuk kontrak tahun depan," ungkap Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA, kepada KONTAN, Jumat, (12/9).
Hingga pekan pertama September, WIKA telah membukukan kontrak baru senilai Rp 11,35 triliun. Raihan kontrak baru ini WIKA dapat dari proyek Pyay Tower and Residence Myanmar sebesar Rp 1,5 triliun, pipeline Gresik Semarang Rp 900 miliar, conveyor system PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) Rp 500 miliar, dan Jakarta international container terminal expansion senilai Rp 409 miliar.
Kemudian, WIKA juga membangun gedung PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) di BSD Tangerang dengan nilai Rp 309 miliar, flyover Simpang Air Hitam Samarinda Rp 105,9 miliar, Jembatan Dompak, Tanjung Pinang, Riau senilai Rp 284,4 miliar, serta proyek CBD Surabaya Apartment Rp 634,6 miliar.
Lalu, WIKA pun menggarap Dharma Husada Tower Surabaya senilai Rp 401,8 miliar, terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Pulau Sambu Kepulauan Riau Rp 740,45 miliar, penimbunan gasoline Tanjung Uban Riau sebesar Rp 1,14 triliun, serta pengadaan jasa infrastruktur dan gedung baru Institut Teknologi Bandung (ITB) Rp 178,66 m.
Meski begitu, raihan kontrak baru WIKA sampai September ini baru mencapai 43,94% dari target. Padahal sampai akhir tahun, WIKA berharap bisa mengantungi kontrak baru sebesar Rp 25,83 triliun.
"Kami kerja keras," ujar Suradi.
Pada semester pertama kemarin, kinerja keuangan WIKA pun tampak tak gemilang. Laba yang dikantungi hanya naik tipis dari Rp 280,32 miliar menjadi Rp 282,65 miliar. Sedangkan, pendapatannya tumbuh 10,79% dari Rp 5,28 triliun ke posisi Rp 5,85 triliun.
Saham WIKA tutup di harga Rp 2.870, tak bergerak dibanding hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News