Wijaya Karya Beton (WTON) Genjot Kinerja Lewat Efisiensi dan Ekspansi

Selasa, 09 September 2025 / 16:01 WIB

ILUSTRASI. Fasilitas produksi Wijaya Karya Beton (WTON). Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) merasakan perlambatan pasar konstruksi. Ini strategi perusahaan untuk genjot kinerja tahun 2025.

Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) merasakan perlambatan pasar konstruksi. Kendati begitu, sejumlah strategi disiapkan perseroan untuk menghindari kerugian tahun ini.

Direktur Keuangan, Human Capital, & Manajemen Risiko WTON Syailendra Ogan menjelaskan bahwa sejak awal tahun 2025 pasar mengalami kontraksi. Itu tercermin dari kinerja semester I-2025 perseroan, di mana pendapatan usaha turun 28,64% secara tahunan (YoY) menjadi 1,57 triliun dan laba bersih merosot hingga 98,75% YoY menjadi hanya Rp 200,51 juta.

Demi menggenjot margin laba, Syailendra bilang perseroan telah menekan biaya produksi agar utilisasi pabrik tetap efisien.

“Tahun ini utilisasi pabrik kami turun menjadi 34%, harusnya kami mengalami inefisiensi yang cukup dalam. Tetapi karena kami melakukan banyak hal di produksi untuk menekan cost, itu bisa kita atasi,” ungkap Syailendra dalam paparan publik, Selasa (9/9/2025).

Selain dari sisi HPP (harga pokok penjualan), perseroan juga melakukan penghematan pada biaya usaha demi menggenjot margin laba bersih.

Peluang dari Program Pemerintah dan Pasar Global

Dari sisi demand, WTON turut membidik peluang dari sejumlah program pemerintah, yakni Giant Sea Wall dan tiga juta rumah.

Apalagi, secara historis WTON sudah berpengalaman dalam proyek sejenis. “Tentu Giant Sea Wall menjadi sasaran kami. Kontribusi dalam tanggul laut (National Capital Integrated Coastal Development atau NCICD) yang di Jakarta saat ini cukup besar dalam hal suplai tiang pancang beton,” kata Syailendra.

Namun, ia mencermati bahwa proyek tersebut memiliki skema pendanaan yang berbeda dengan Giant Sea Wall. Di mana, NCICD didanai oleh Pemerintah Daerah dan Kementerian PUPR, sementara Giant Sea Wall sejauh ini dicanangkan untuk digarap oleh swasta.

Sementara itu, dari program tiga juta rumah, WTON telah menyiapkan produk tersendiri, yakni rumah pracetak dengan konsep yang rencananya bisa diselesaikan dalam waktu sekitar dua minggu.

“Itu juga menjadi salah satu sasaran kami. Proyek infrastruktur masih belum mendapatkan prioritas. tetap jalan tapi dananya akan dikurangi walaupun ada harapan pagu indikatif Kementerian PU naik tahun depan,” ungkap Syailendra.

Di samping itu, WTON juga aktif melaksanakan ekspansi pasar global. Saat ini, perseroan tengah menggarap proyek MRT di Manila, Filipina, yang didanai Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Asian Development Bank (ADB).

Saat ini, proyek tersebut sudah berjalan hingga paket CP102 untuk tunnel. Syailendra mengaku masih ada dua paket tunnel lain yang sedang tender dan intensif diikuti perseroan.

“InsyaAllah didapatkan. Kita akan supply bantalan beton juga, jadi mungkin sampai 2027 ada beberapa paket. Tendernya sendiri ada sembilan paket dan bertahap,” katanya.