kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Perkasa, Indeks S&P Ditutup di Level Tertinggi Lebih dari 2 Bulan


Rabu, 23 November 2022 / 05:44 WIB
Wall Street Perkasa, Indeks S&P Ditutup di Level Tertinggi Lebih dari 2 Bulan
ILUSTRASI. Wall Street ditutup menguat dengan tiga indeks utama menguat lebih dari 1%


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street tampil perkasa dengan indeks S&P 500 yang ditutup pada level tertinggi dalam 2,5 bulan. Sokongan bagi bursa saham Amerika Serikat (AS) ditopang oleh penguatan dariĀ  sektor ritel dan sektor energi pada sesi kali ini.

Selasa (22/11), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 397,82 poin atau 1,18% menjadi 34.098,1, indeks S&P 500 menguat 53,64 poin atau 1,36% ke 4.003,58 dan indeks Nasdaq Composite menanjak 149,90 poin atau 1,36% ke 11.174,41.

Dengan hasil tersebut, indeks S&P 500 ditutup pada level tertinggi sejak 12 September.

Penguatan S&P 500 datang setelah proyeksi penjualan dari Best Buy meredam kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi akan menyebabkan belanja di akhir tahun suram.

Saham Best Buy Co Inc melonjak 12,78% dan menjadi saham dengan kinerja terbaik pada indeks S&P 500 .SPX. Sebelumnya, perusahaan ritel ini memperkirakan penurunan penjualan tahunan yang lebih kecil daripada yang diumumkan sebelumnya dan menyatakan keyakinannya peningkatan dalam penawaran dan diskon akan lebih menarik pelanggan.

Baca Juga: Indeks Utama Wall Street Dibuka Menguat pada Hari Selasa (22/11)

Lonjakan harga saham Best Buy membantu meningkatkan indeks ritel S&P 500 1,21%.

Juga memberikan dukungan pada S&P 500 adalah sektor energi, yang melesat 3,18% setelah dua sesi sebelumnya mengalami koreksi. Penguatan di sektor energi datang karena Arab Saudi mengatakan OPEC+ bertahan dengan pengurangan produksi.

Hal tersebut sekaligus membantah laporan di hari sebelumnya yang mengatakan aliansi itu mempertimbangkan peningkatan produksi yang mengirim harga minyak mentah turun tajam.

Sebaliknya, saham Dollar Tree Inc jatuh 7,79% dan menjadi saham S&P 500 dengan kinerja terburuk, yang akhirnya membatasi kenaikan indeks ritel. Pengecer diskon itu memangkas perkiraan laba tahunan untuk kedua kalinya.

"Jika Anda mengambil kontinum pendapatan dan konsumen di luar sana, bagian atas itu relatif tidak elastis terhadap beberapa biaya yang naik sampai batas tertentu di mana bagian bawah akan lebih sensitif," kata Shawn Cruz, Head Trading Strategist TD Ameritrade di Chicago.

"Jadi Dollar Tree benar-benar tidak memiliki banyak kemampuan untuk melewati tantangan biaya tersebut sehingga mereka akan terkena pukulan yang sangat buruk."

Di sisi lain, kini investor terus mencoba dan mengukur jalur kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Mengingat, Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester menegaskan pada hari Selasa bahwa menurunkan inflasi tetap penting bagi bank sentral, sehari setelah mendukung kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada bulan Desember.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham SCMA, MAPI, CTRA Untuk Perdagangan Rabu (23/11)

Tetapi, Presiden The Fed Kansas City Esther George mengatakan, bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi dan menahannya di sana lebih lama untuk meredam permintaan konsumen dan mendinginkan inflasi.

Investor juga menunggu pernyataan Presiden The Fed St. Louis James Bullard pada hari Selasa menjelang risalah dari pertemuan Fed November yang dijadwalkan Rabu (23/11).

Pada perdagangan sesi kali ini, saham Manchester United melonjak di akhir sesi setelah Sky News melaporkan keluarga Glazer, yang memiliki klub sepak bola, sedang menjajaki opsi keuangan yang dapat mencakup penjualan langsung. Alhasil, saham klub sepakbola Inggris tersebut ditutup melonjak 14,66%.

Sejalan, saham Agilent Technologies Inc naik 8,08% setelah perusahaan solusi yang berfokus pada aplikasi itu membukukan pendapatan kuartal keempat yang optimis.

Pasar saham AS juga mendapat sokongan setelah indeks dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah yang akhirnya membantu mendukung aset beresiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×