Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks utama Wall Street bergerak naik pada perdagangan Rabu (9/4), didorong aksi borong saham teknologi yang telah terkoreksi dalam, meski ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas.
Melansir Reuters, pada pukul 09.52 waktu setempat, Indeks Nasdaq Composite naik 1,46% menjadi 15.490,84, dipimpin oleh lonjakan saham Apple dan Nvidia yang masing-masing menguat hampir 2,5%.
Baca Juga: Wall Street: Kapitalisasi S&P 500 Hilang US$ 5,8 Triliun Sejak Tarif Trump Diumumkan
Saham Microsoft juga terkerek 1,2%. Sektor teknologi secara keseluruhan naik 1,5%.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average menguat 0,25% ke 37.740,31 dan S&P 500 naik 0,64% menjadi 5.014,73.
“Refleks beli saat harga anjlok (buy the dip) masih sangat kuat. Saham teknologi kini terlihat lebih murah dibanding pekan lalu,” ujar Chris Beauchamp, Chief Strategist IG, dikutip Reuters.
Kendati mencatatkan penguatan harian, ketiga indeks utama masih terkoreksi lebih dari 10% dibanding level sebelum pengumuman tarif balasan AS-China pekan lalu.
China secara resmi menaikkan tarif impor atas seluruh barang dari AS menjadi 84% mulai Kamis (10/4), dari sebelumnya 34%.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Ambruk hingga 7% Rabu (9/4), Imbas Aksi Balasan Tarif China ke AS
Ketegangan yang meningkat membuat investor waspada. Mereka mulai meninggalkan saham, komoditas industri, hingga obligasi pemerintah, dan beralih ke likuiditas.
“Semakin lama konflik tarif ini berlangsung, kepercayaan investor dan konsumen bisa terus tergerus,” kata Sam Stovall, Chief Investment Strategist CFRA Research.
Saham Farmasi & Energi Jadi Tumbal
Sektor kesehatan menjadi pemberat pasar. Saham-saham farmasi anjlok hingga 1,5% setelah Presiden Trump kembali menyuarakan wacana pengenaan tarif besar atas impor obat-obatan.
Saham Eli Lilly turun 3,7% dan AbbVie jatuh 4,1%.
Baca Juga: Balas Tarif Trump 104%, China Akan Larang Semua Film dari AS
Saham emiten minyak besar Exxon Mobil dan Chevron masing-masing turun lebih dari 1,5%, seiring jatuhnya harga minyak mentah ke level terendah sejak 2021.
Indeks Volatilitas CBOE—alias fear index Wall Street—naik ke 51,66 poin, tertinggi sejak Agustus 2024, mencerminkan tingginya ketidakpastian di pasar.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke 4,356%, mendekati level tertinggi sejak Februari. Jika tren ini berlanjut, lonjakan mingguan yield tersebut bisa menjadi yang tertinggi sejak 2001.
Pasar kini menantikan risalah rapat FOMC Maret yang dijadwalkan rilis Rabu (9/4) malam waktu setempat, serta data inflasi konsumen (CPI) AS pada Kamis (10/4, untuk mencari petunjuk arah kebijakan suku bunga The Fed.
Saham China & Delta Air Lines
Saham perusahaan China yang tercatat di bursa AS sempat menguat di pra-pembukaan, namun memangkas keuntungan setelah pengumuman tarif balasan Beijing. ETF iShares MSCI China terakhir tercatat naik 3,6%.
Baca Juga: Resmi! China Terapkan Tarif 84% atas Impor Produk AS, Perang Dagang Makin Memanas
Di sisi lain, Delta Air Lines melonjak 6,1% usai membukukan laba kuartal I-2025 yang melampaui ekspektasi.
Meski demikian, Delta menarik proyeksi keuangan tahun 2025 dan memperkirakan laba kuartal berjalan di bawah estimasi pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News