Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street naik lagi di hari ketiga berturut-turut sejak awal pekan. Rabu (4/11) pukul 21.42 WIB, Dow Jones Industrial Average menguat 0,35% ke 27.578. Nasdaq Composite melesat 2,34% ke 11.421.
Investor menunggu hasil pemilihan presiden. Baik Donald Trump maupun Joe Biden mengklaim bahwa mereka menuju kemenangan pemilihan presiden.
Trump bahkan mengklaim bahwa pemilihan ini telah dicuri darinya dengan jutaan suara yang belum masuk. Kondisi ini menyebabkan investor menahan diri dari aksi beli.
"Hasil pemilihan yang tertunda merupakan hasil terburuk jika dilihat dari konteks legal. Kita tidak memiliki kejelasan yang menyebabkan paket stimulus ditunda dan meningkatkan ketidakpastian mengenai kondisi ekonomi," kata Kiran Ganesh, multi-asset strategist UBS Global Wealth Managment kepada Reuters.
Baca Juga: Sebagian emiten sudah merilis kinerja, simak saham pilihan berikut
Trump memenangkan suara di negara bagian paling panas, yakni Florida, Ohio, dan Texas. Kemenangan ini memupuskan harapan Biden akan tanda-tanda kemenangan awal. Tapi, wakil presiden era Barack Obama ini tetap yakin bakal memenangkan pemilu.
Investor mengungkapkan lebih suka resolusi pemilu yang cepat karena akan membuka jalan bagi paket stimulus untuk mengatasi tekanan ekoonomi.
Saham-saham teknologi kelas kakap seperti Apple Inc, Amazon.com Inc, dan Nvidia Corp melonjak lebih dari 2% pada pra-perdagangan. Investor mengatakan bahwa tekanan antimonopoli pada era Trump lebih ringan daripada jika Biden menang.
Baca Juga: Persaingan suara pilpres AS ketat, IHSG diproyeksi melemah pada Kamis (5/11)
"Secara umum, kemenangan Biden akan baik untuk saham-saham berkapitalisasi menengah, saham-saham bersifat siklus tertentu, dan saham-saham yang terpapar perdagangan dengan emerging markets sehingga investor akan kembali ke nama-nama emiten yang lebih tradisional dan saham energi," kata Ganesh.
Meski demikian, prospek ketidakpastian politik juga menyebabkan investor beralih ke US Treasury. Ini memicu penurunan yield US Treasury bertenor 10 tahun dan 30 tahun paling dalam sejak Juni.
Baca Juga: Belum ada hasil jelas pilpres AS, rupiah berpotensi melemah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News