Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Kamis (28/3) karena ivestor mencerna serangkaian data ekonomi sambil menantikan data inflasi berikutnya. Indeks S&P 500 naik dan mencatat kuartal pertama terkuat dalam lima tahun menutup perdagangan di kuartal I-2024.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 47,29 poin, atau 0,12% ke level 39.807,37, S&P 500 naik 5,86 poin, atau 0,11%, ke level 5.254,35 dan Nasdaq Composite turun 20,06 poin, atau 0,12%, ke level 16.379,46.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 11,17 miliar saham dengan rata-rata 12,07 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Dalam sepekan, indeks Dow Jones naik 0,84%, S&P 500 menguat 0,39% dan Nasdaq tergelincir 0,3%.
Sepanjang Maret, Dow Jones naik 2,08%, S&P naik 3,1% dan Nasdaq naik 1,79%.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Menguat Jelang Libur Panjang Paskah
Sementara dalam kuartal I tahun ini, indeks Dow Jones naik 5,62%, S&P 500 melonjak 10,16% dan Nasdaq menguat 9,11%.
Tiga indeks utama AS mencatat kenaikan kuartalan yang solid, dipimpin oleh kenaikan S&P 500 sebesar 10,16%, dibantu oleh optimisme terhadap saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI) dan ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan mulai menurunkan suku bunganya tahun ini.
Indeks Dow Jones turun kurang dari 1% setelah menembus level 40,000 untuk pertama kalinya.
Data pada hari Kamis menunjukkan perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada kuartal keempat, sebagian disebabkan oleh kuatnya belanja konsumen, sementara laporan terpisah menunjukkan klaim pengangguran awal mengindikasikan pasar tenaga kerja tetap pada pijakan yang kuat.
“Perekonomian berada dalam kondisi yang cukup baik, konsumen berada dalam kondisi yang cukup baik dan masih melakukan belanja, pengangguran masih berada pada level yang rendah, dan masih terdapat kantong-kantong dimana perekonomian berkembang… Jadi ada banyak uang yang ingin disalurkan. dihabiskan dalam berbagai cara yang berbeda," kata George Young, manajer portofolio di Villere & Company di New Orleans.
"Dan kemudian Anda mendapatkan kabar baik yang seperti dikatakan oleh The Fed, dimana mereka akan menurunkan suku bunga dan mungkin akan menurunkan suku bunga lagi, dan semua orang mencoba menguraikan kata-kata mereka."
Bursa AS akan tutup pada Jumat (29/3) karena libur peringatan Jumat Agung. Meski begitu, kini fokus investor tertuju pada rilis Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), sebaai petunjuk mengenai waktu dan ukuran penurunan suku bunga tahun ini dari bank sentral.
Semalam, pejabat The Fed Christopher Waller mengatakan data inflasi yang mengecewakan baru-baru ini menegaskan alasan bagi bank sentral untuk menunda pemangkasan target suku bunga jangka pendeknya, namun tidak mengesampingkan pemangkasan suku bunga di akhir tahun.
Baca Juga: Wall Street Sumringah: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kompak Menguat Disokong Saham Merck
Pasar memperkirakan sekitar 64% kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps) pada bulan Juni, menurut FedWatch Tool CME.
Meskipun jasa komunikasi, energi, dan teknologi merupakan sektor dengan kinerja terbaik di antara 11 sektor utama pada kuartal ini, hanya sektor real estate yang mengalami penurunan.
Saham Walgreens Boots naik 3,19% setelah pendapatan kuartalannya mencatat biaya penurunan nilai atas investasinya di operator klinik VillageMD.
Saham Home Depot tergelincir 0,59% setelah pengecer perbaikan rumah mengatakan akan membeli pemasok bahan bangunan SRS Distribution dalam kesepakatan US$ 18,25 miliar dalam akuisisi terbesarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News