kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,39   2,75   0.30%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Merosot Saat Data Ekonomi AS Menunjukkan Perbaikan


Selasa, 06 Desember 2022 / 05:14 WIB
Wall Street Merosot Saat Data Ekonomi AS Menunjukkan Perbaikan
ILUSTRASI. Wall Street terjun pada perdagangan Senin (5/12), Nasdaq melorot 1,93%.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street terjun pada perdagangan Senin (5/12). Data yang lebih baik daripada perkiraan pada sektor jasa menyebabkan investor mengevaluasi kembali apakah Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga pada periode yang lebih panjang. Sementara harga saham Tesla turun karena laporan pengurangan produksi di China.

Harga saham Tesla merosot 6,4% di tengah rencana untuk memangkas produksi Model Y Desember di pabrik Shanghai lebih dari 20% dari bulan sebelumnya. Pelemahan harga saham Tesla membebani Nasdaq, menarik indeks berat teknologi ke penurunan kedua berturut-turut.

Pada Senin (5/12), Dow Jones Industrial Average turun 482,78 poin atau 1,4% ke 33.947,1. Indeks S&P 500 melorot 72,86 poin atau 1,79% ke 3.998,84. Nasdaq Composite turun 221,56 poin atau 1,93% menjadi 11.239,94.

Baca Juga: Terus Tergerus, Simak Skenario Jika Saham GOTO Ambles ke Level Gocap

Secara umum, indeks pasar saham Amerika Serikat (AS) menderita karena data menunjukkan aktivitas industri jasa AS secara tak terduga meningkat pada bulan November. Data yang menyusul pemulihan angka ketenagakerjaan menawarkan lebih banyak bukti tentang momentum yang mendasari ekonomi.

Data tersebut muncul setelah survei pekan lalu yang menunjukkan pekerjaan dan pertumbuhan upah yang lebih kuat dari perkiraan pada November. Data yang positif menantang harapan bahwa Fed mungkin memperlambat kecepatan dan intensitas kenaikan suku bunga di tengah tanda-tanda baru-baru ini dari inflasi yang surut.

"Hari ini adalah sedikit tanggapan untuk hari Jumat karena laporan pekerjaan yang menunjukkan ekonomi tidak banyak melambat, bertentangan dengan pesan yang disampaikan (Gubernur Jerome) Powell pada Rabu sore," kata Bernard Drury, CEO dari Drury Capital kepada Reuters. Pekan lalu, Powell mengatakan sudah waktunya untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga yang akan datang.

Investor melihat peluang 89% bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu depan menjadi 4,25%-4,50%. Pasar memperkirakan suku bunga memuncak di 4,98% pada Mei 2023.

Baca Juga: Loyo Hari Ini, Begini Proyeksi IHSG Besok, Selasa (5/12)

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga bertemu pada 13-14 Desember. Pertemuan terakhir tahun ini menjadi upaya bank sentral untuk menahan kenaikan inflasi multi-dekade dengan rekor kenaikan suku bunga.

Pengetatan kebijakan yang agresif juga telah memicu kekhawatiran akan penurunan ekonomi. JPMorgan, Citigroup, dan BlackRock meyakini kemungkinan resesi pada tahun 2023.

Dalam data ekonomi lainnya minggu ini, investor juga akan memantau klaim pengangguran mingguan, harga produsen, dan survei sentimen konsumen Universitas Michigan untuk petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS.

Pada perdagangan kemarin, sektor energi adalah salah satu pemberat indeks S&P dengan penurunan 2,9%. Penurunan sektor energi dibebani oleh gas alam berjangka AS yang merosot lebih dari 10% pada hari Senin. 

Baca Juga: Mayoritas Bursa Asia Menguat di Tengah Pelonggaran Kebijakan Covid-19 oleh China

Prospek gas alam meredup karena perkiraan cuaca yang lebih ringan dan penundaan dimulainya kembali pabrik ekspor gas alam cair (LNG) Freeport. EQT Corp, salah satu produsen gas alam AS terbesar, mengalami penurunan paling tajam pada indeks energi, ditutup 7,2% lebih rendah.

Sektor keuangan juga terpukul keras, tergelincir 2,5%. Meskipun keuntungan bank biasanya didorong oleh kenaikan suku bunga, mereka juga sensitif terhadap kekhawatiran tentang kredit macet atau pertumbuhan kredit yang melambat di tengah penurunan ekonomi.

Sementara itu, pembuat pakaian VF Corp turun 11,2% yang merupakan penurunan harian terbesar sejak Maret 2020. Perusahaan ini mengumumkan pensiun mendadak CEO Steve Rendle. Perusahaan yang memiliki sejumlah merek termasuk pakaian outdoor The North Face dan pembuat sepatu Vans, juga memangkas perkiraan penjualan dan laba setahun penuh. VF Corp menyebut, penurunan ini akibat permintaan konsumen yang lebih lemah daripada prediksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×