kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.058   74,16   1,06%
  • KOMPAS100 1.054   13,87   1,33%
  • LQ45 829   11,61   1,42%
  • ISSI 214   1,39   0,66%
  • IDX30 422   6,04   1,45%
  • IDXHIDIV20 509   6,65   1,32%
  • IDX80 120   1,57   1,32%
  • IDXV30 124   0,30   0,24%
  • IDXQ30 141   1,76   1,26%

Wall Street Menutup Tahun 2022 dengan Penurunan Tertajam Sejak 2008


Sabtu, 31 Desember 2022 / 05:46 WIB
Wall Street Menutup Tahun 2022 dengan Penurunan Tertajam Sejak 2008
ILUSTRASI. Bursa saham AS. REUTERS/Andrew Kelly


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan ini. Capaian ini menandai penurunan tajam dalam setahun penuh yang ditekan oleh kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengekang inflasi, kekhawatiran resesi, perang Rusia-Ukraina, dan meningkatnya kekhawatiran atas kasus COVID di China.

Dow Jones Industrial Average turun 73,55 poin alias 0,22% menjadi 33.147,25, sementara S&P 500 turun 0,25% ke level 3.839,50. Di sisi lain, Nasdaq Composite turun 11,61 poin, atau 0,11% menjadi 10.466,48.

Bila dilihat sejak awal tahun, tiga indeks utama Wall Street ini membukukan penurunan tahunan pertama sejak 2018 karena berakhirnya era kebijakan moneter yang longgar dengan laju kenaikan suku bunga tercepat oleh Federal Reserve sejak 1980-an.

Benchmark S&P 500 telah turun 19,4% sepanjang tahun ini dengan ditandai penurunan kapitalisasi pasar sekitar US$ 8 triliun. Indeks Nasdaq di sisi lain turun 33,1%, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 8,9%.

Baca Juga: Wall Street Turun di Perdagangan Terakhir 2022

Persentase penurunan tahunan untuk ketiga indeks ini juga adalah yang terbesar sejak krisis keuangan 2008. Hal ini sebagian besar didorong oleh penurunan pertumbuhan saham karena kekhawatiran atas kenaikan suku bunga Fed yang cepat telah meningkatkan imbal hasil Treasury AS.

"Alasan makro utama berasal dari kombinasi antara gangguan rantai pasokan yang dimulai pada tahun 2020, lonjakan inflasi hingga keterlambatan The Fed memulai program pengetatan suku bunga dalam upaya untuk menahan inflasi," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.

Dia juga mengutip indikator ekonomi yang menunjukkan resesi, ketegangan geopolitik termasuk perang Ukraina, dan kasus COVID China yang melonjak serta ketidakpastian atas Taiwan.

Pertumbuhan pasar saham telah berada di bawah tekanan dan telah berkinerja buruk dibandingkan dengan instrumen lain dan membalikkan tren yang telah berlangsung selama satu dekade terakhir.

Sementara itu, fokus investor telah bergeser ke prospek pendapatan perusahaan pada 2023 dengan meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan resesi.

Baca Juga: Perdagangan Hari Terakhir 2022, Bursa Asia Menguat

Namun, tanda-tanda ketahanan ekonomi AS telah memicu kekhawatiran bahwa suku bunga bisa tetap lebih tinggi, meskipun berkurangnya tekanan inflasi telah meningkatkan harapan akan kenaikan suku bunga yang lebih lambat.

Pelaku pasar uang melihat peluang sebesar 65% untuk adanya kenaikan suku bunga 25 basis poin dalam pertemuan The Fed pada Februari, dengan suku bunga diperkirakan akan mencapai puncaknya sebesar 4,97% pada pertengahan 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×