kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Walau ECB Naikkan Suku Bunga, Prospek Euro Masih Belum Menarik


Jumat, 22 Juli 2022 / 16:38 WIB
Walau ECB Naikkan Suku Bunga, Prospek Euro Masih Belum Menarik
ILUSTRASI. Mata uang euro pun menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca ECB menaikkan suku bunga.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir. Alhasil, kini suku bunga ECB tak lagi negatif, dan menjadi 0%. Merespons pengumuman tersebut, mata uang euro pun menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Kendati begitu, analis DCFX Lukman Leong melihat potensi penguatan euro cenderung terbatas. Hal ini tidak terlepas dari posisi ECB yang keseluruhan dan ke depannya masih jauh lebih dovish daripada bank sentral Inggris (BoE) maupun The Fed.

Senada, analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya juga memandang, kebijakan kenaikan suku bunga ECB tersebut sebagai pisau bermata dua bagi euro. Pasalnya, di tengah ancaman resesi ekonomi saat ini, keputusan ECB justru berpotensi menyebabkan stagflasi di pasar Eropa.

“Hal ini pada akhirnya justru menyebabkan banyak pelaku pasar tidak meminati mata uang euro,” ujar Andian ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (22/7).

Baca Juga: Berpotensi Rebound, Euro dan Yen Tetap Menarik Untuk Dikoleksi

Sementara itu, dampak keputusan ECB terhadap rupiah justru dipandang relatif minim. Menurut Andian, kekhawatiran resesi ekonomi yang masih berlanjut dan rencana kenaikan suku bunga The Fed di akhir bulan Juli nanti jauh lebih berimbas terhadap pergerakan nilai tukar rupiah

Lukman menambahkan, walaupun Bank Indonesia (BI) belum agresif dan masih menahan suku bunga, tapi Indonesia secara fundamental jauh lebih solid. Selain ditopang data-data ekonomi yang kuat, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih lebih tinggi di kisaran 4,5%-5%, dibandingkan zona eropa yang hanya 2,7%.

Ke depan, dia memperkirakan, pergerakan euro juga akan ditentukan pasokan komoditas energi serta perkembangan perang di Ukraina. Pasalnya, dua hal tersebut berperan penting terhadap kondisi ekonomi zona Eropa. Namun, secara umum dia belum melihat euro sebagai mata uang yang menarik untuk dikoleksi.

“Tingkat suku bunga ECB tertinggi diperkirakan juga hanya mencapai 1,25%. Masih belum  menarik dibandingkan BoE yang tingkat suku bunganya diperkirakan akan mencapai 2% dan The Fed yang di kisaran 3,5%,” imbuh Lukman.

Tapi di satu sisi, Lukman melihat, ada buying opportunity jika euro kembali bergerak di kisaran 0,95 - 1.0 per dolar AS.

Sedangkan Andian menyebut, untuk jangka menengah, pelaku pasar masih berpeluang mempertahankan posisi sell selama EUR/USD bertahan di bawah 1,0500.

“Level 1.00 masih menjadi support psikologis untuk EUR/USD, dan jika tidak turun ke bawah level tersebut, posisi buy untuk jangka pendek dapat dicoba,” imbuh Andian.

Baca Juga: Dolar AS Perkasa, Ini Mata Uang yang Masih Layak Dikoleksi Saat Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×