Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wahana Interfood Nusantara berencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat skema penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO). Wahana Interfood menunjuk UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Wahana Interfood bakal melepas sebanyak-banyaknya 168 juta saham baru yang merupakan saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah saham yang dilepas ini setara dengan 33,07% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Wahana Interfood.
Perusahaan yang juga dikenal dengan nama Schoko tersebut menetapkan kisaran harga penawaran Rp 178 hingga Rp 198 per saham. Dengan demikian, calon emiten ini berpotensi mengumpulkan dana IPO Rp 29,90 miliar hingga Rp 33,26 miliar.
Pada saat yang bersamaan, Wahana Interfood juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 56 juta waran seri I yang menyertai saham baru atau setara dengan 16,47% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. Waran seri I ini diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan.
Setiap pemegang tiga saham baru Wahana berhak memperoleh satu waran seri I. Setiap satu waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru Wahana. Waran seri I yang diterbitkan ini mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama 3 tahun.
Dari dana tersebut setelah dikurangi biaya emisi efek bakal dipakai sekitar 23,03% untuk mengakuisisi tanah seluas 6.280 meter persegi yang berlokasi di Jalan Raya Parakan Muncang - Tanjungsari, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Lalu sekitar 15,81% akan digunakan sebagai pembayaran uang muka kepada kontraktor untuk membangun bangunan pabrik di atas tanah yang berlokasi di Jalan Raya Parakan Muncang - Tanjungsari, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Adapun luas pabrik yang akan dibangun sebesar 2.291,60 meter persegi dan direncanakan akan mulai dibangun pada Juni tahun 2019.
Kemudian sekitar 61,16% akan digunakan sebagai pembayaran uang muka pembelian tiga unit mesin baru untuk produksi. Mesin-mesin tersebut di antaranya satu unit mesin Netzsch Plant for Processing of Chocolate Masses with Masterconche 3.000 yang memiliki kapasitas sebesar 3 ton per 8 jam.
Lalu ada satu unit mesin Hacos One Shot Line and Cooling Tower yang mampu mengoperasikan 20 cetakan per menit dan mencetak 800 cetakan sekali jalan. Kemudian ada 1 unit mesin Hacos Crystal Tempering Unit yang berkapasitas 1.500 kilogram per jam dilengkapi tiga sistem pendingin. Adapun total nilai pembelian tiga mesin baru tersebut sebesar Rp 18,56 miliar.
Sedangkan dana yang diperoleh dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan perusahaan untuk modal kerja, berupa biaya operasional seperti gaji karyawan, biaya listrik, pembayaran bahan baku dan bahan pembantu produksi.
Direktur Utama Wahana Interfood Nusantara Reinald Siswanto mengatakan, pihaknya saat ini memiliki dua pabrik dengan kapasitas produksi untuk powder sebesar 1.000 ton per tahun dan cokelat 5.000 ton per tahun pada 2018. Saat ini utilisasi pabrik mencapai 80%.
Dia mengatakan, permintaan olahan cokelat dari lokal dan pasar ekspor masih tinggi, tetapi kapasitas produksi terbatas. Adapun, penjualan pada 2018 tercatat Rp 152 miliar, naik 9,43% dari penjualan pada 2017 sebesar Rp 138,9 miliar. Sekitar 1% atau Rp 1,52 miliar berasal dari penjualan ekspor. Wahana menargetkan penjualan mencapai Rp 178,1 miliar pada tahun ini dan Rp 211 miliar untuk tahun depan.
Laba bersih Wahana Interfood tahun lalu mencapai Rp 3 miliar. Di 2019, targetnya masih sama yaitu sebesar Rp 3 miliar karena pabrik baru belum beroperasi. Dan di 2020 diharapkan mencapai Rp 2,4 miliar. "Ada sedikit penurunan karena pabrik baru mulai beroperasi dan diharapkan bisa beroperasi dan mencapai full capacity sehingga di 2021, laba bersih bakal meningkat menjadi Rp 11,1 miliar," papar Reinald.
Ia pun mengungkapkan bahwa saat ini dua pabrik milik perusahaan yang ada di Kabupaten Bandung sudah berproduksi maksimum. "Kami hanya bisa ekspor 1% karena kapasitas terbatas. Untuk itu, kami memutuskan melakukan IPO agar bisa melakukan ekspansi dan tingkatkan kapasitas produksi," katanya dalam due diligence meeting & public expose pada Selasa (20/2).
Reinald lalu menambahkan bahwa dengan pembangunan pabrik dan pembelian mesin baru, kapasitas produksi perseroan bakal meningkat menjadi 10.500 ton per tahun dari 6.000 ton. "Dengan begitu, kami dapat memperbesar pasar ekspor dengan target kontribusi sebesar 20% terhadap total penjualan. Pasar yang diincar Asia Tenggara, China, Jepang dan Korea," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan bahwa para pemain produk cokelat seperti yang dikelola oleh Wahana Interfood di Indonesia tidak terlampau banyak. "Mungkin hanya ada sekitar 5 pabrik di Indonesia. Dan ini bukan produk cokelat umumnya tapi berbagai varian produk cokelat seperti bakery, pastry dan chocolate," tandasnya.
Tanpa mengungkapkan besar pangsa pasar saat ini, Reinald cuma mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya lagi berupaya untuk mencapai posisi tiga besar. "Diharapkan dengan adanya ekspansi dan peningkatan produksi,maka posisi tiga besar bisa tercapai di 2021," tuturnya.
Sementara itu, Corporate Finance PT UOB Kay Hian Sekuritas Rudi Ho mengatakan bahwa rentang harga saham sebesar Rp178-Rp198 per saham menyiratkan valuasi harga saham Wahana Interfood memiliki forward price to earning ratio (PER) 2021 sebesar 8,2 kali hingga 9,1 kali. Hal ini karena ada pembelian lahan dan mesin baru, serta pembangunan pabrik dilakukan pada 2019 selesai 2020.
Adapun, pabrik ditargetkan beroperasi pada 2020, tetapi belum maksimal. "Tahun 2020 telah beroperasi tapi belum maksimal. Baru di 2021 mesin baru telah beroperasi penuh," kata Rudi.
Mengutip prospektus perusahaan, Senin (18/2), saat ini saham Wahana Interfood dimiliki oleh PT Inter Jaya Corpora dan PT Granali Budi Berjaya yang masing-masing sebesar 74% atau sama dengan 251,60 juta saham dan 45% atau setara dengan 88,40 juta saham. Setelah IPO, kepemilikan keduanya akan susut masing-masing menjadi sebesar 49,53% dan 17,40%.
Adapun masa penawaran awal akan dilakukan pada 20 Februari hingga 26 Februari 2019 dan masa penawaran umum dilangsungkan pada 11 Maret hinga 13 Maret 2019. Rencananya, pencatatan saham Wahana Interfood di bursa efek dilakukan pada 20 Maret 2019.
Untuk diketahui, PT. Wahana Interfood Nusantara Tbk. yang dikenal dengan merek dagang Schoko, merupakan salah satu perusahaan cocoa dan cokelat berkualitas premium yang mengolah biji kakao fermentasi di Indonesia.
Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2006 ini memiliki ekspansi yang cukup besar di ranah internasional dan memiliki pelanggan dari berbagai macam brand ternama di Indonesia yang bergerak di bidang bakery, pastry, chocolate, dan coffee shop.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News