Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) optimistis memandang kinerja di tahun-tahun mendatang. Lantaran COCO tengah mengupayakan pabrik baru agar dapat selesai sesuai target pada kuartal I-2023.
Direktur Utama Wahana Interfood Nusantara Renald Siswanto mengatakan, pabrik baru yang dibangun di wilayah Sumedang tersebut kini progresnya sudah mencapai 50%. Untuk diketahui, sebelumnya COCO memproyeksikan pabrik baru itu dapat rampung pada tahun lalu, namun akibat Covid-19 aktivitas pembanguan sempat dihentikan sementara.
“Mengenai progres pembangunan pabrik baru di Sumedang saat ini update pengerjaannya sudah mencapai 50%. Pembangunan pabrik baru tersebut dibangun di atas lahan seluas 4.000 m2 pada area luas tanah seluas 6.000 m2,” kata Renald dalam paparan publik virtual, Kamis (16/6).
Dia menambahkan, dengan kehadiran pabrik baru tersebut diharapkan total kapasitas produksi COCO dapat meningkat menjadi 10.500 ton per tahun. Adapun, saat ini untuk produksi Cokelat & Compound, COCO memproduksi sekitar 5.000 ton per tahun. Sementara, produksi Cacao Powder tercatat hanya 1.000 ton per tahun.
Baca Juga: Wahana Interfood Nusantara (COCO) Bakal Terbitkan Medium Term Notes Rp 200 Miliar
Untuk tahun ini, COCO menargetkan pendapatan usaha sebesar Rp 268 miliar, atau tumbuh sekitar 20% dari pendapatan di tahun lalu yang hanya Rp 224 miliar.
Renald mengungkapkan, COCO telah menyiapkan strategi jangka menengah dan strategi jangka panjang guna merealisasikan target tersebut.
Strategi COCO adalah memperkuat pelayanan pelanggan, melakukan ekspansi jenis produk cocoa & cokelat, riset dan pengembangan produk baru, serta merambah jalur pemasaran lewat e-commerce. COCO dijadwalkan akan merilis varian produk baru seperti waterbased atau selai dan isian yang dikembangkan sesuai kebutuhan pelanggan pada kuartal II 2022.
Selain itu, COCO juga akan berekspansi wilayah pemasaran yang saat ini diklaim telah memasarkan produk di setiap provinsi di Indonesia dan melakukan ekspor ke luar negeri seperti Spanyol, Selandia Baru, Pakistan hingga Amerika Serikat.
Hanya saja, COCO masih diselimuti sejumlah tantangan di awal tahun ini. Meski pandemi Covid-19 mulai surut namun harga komoditas sawit yang kian melonjak diakui cukup menekan bisnis perseroan.
“Untuk Q1 memang dapat dibilang keadaan komoditas yang terus meningkat terutama dari bahan baku sawit, sehingga menyebabkan gross margin kami tertekan,” ungkap Renald.
Adapun, hingga kuartal I-2022, COCO mencatatkan penjualan neto sebesar Rp 69,59 miliar. Jumlah ini meningkat 49,36% dari penjualan neto sebelumnya dalam periode yang sama Rp 46,59 miliar.
Namun dari sisi bottom line, laba usaha COCO justru alami penurunan dari sebelumnya Rp 8,43 miliar pada Maret 2021 menjadi Rp 4,83 miliar pada Maret 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News