Reporter: Hikma Dirgantara, Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran corona yang semakin meluas ternyata tidak hanya berdampak pada ekonomi tradisional. Nyatanya pasar aset kripto juga terimbas oleh kekhawatiran yang ditimbulkan oleh virus corona tersebut.
Merujuk Coindesk, dua aset kripto yang paling diminati, yakni Bitcoin, dan Ethereum, semua mencatatkan penurunan tajam dalam beberapa hari terakhir. Sehari sebelumnya Bitcoin masih berada di level US$ 7.000-an, pada Jumat (13/3) pukul 17.30 WIB sudah berada di level US$ 5.513. Artinya turun 25,33% hanya dalam 24 jam. Bahkan sempat berada di level US$ 3.950 pada Jumat (13/3) pagi.
Begitu pun Ethereum yang juga turun 24,23% dibanding hari sebelumnya. Semula Ethereum masih berada di level US$ 169-an, pada Jumat (13/3) berada di level US$ 127,78. Ethereum berhasil rebound setelah sempat menyentuh level US$ 91,39 pagi tadi.
Baca Juga: Bappebti blokir 23 domain situs ilegal di bidang perdagangan berjangka komoditi
Co-founder Crypto Watch Christopher Tahir menilai turunnya harga aset kripto tidak terlepas dari adanya panic selling imbas dari corona. Muncul ketakutan akan lumpuhnya ekonomi yang memberi efek domino ke berbagai sektor dan berbagai negara.
“Pada akhirnya ini mengganggu aset kripto, karena aset kripto saat ini belum layak dijadikan safe haven. Belum ada bukti aset kripto bisa dijadikan pilihan saat tengah krisis seperti ini, aset kripto saja baru ada pasca-krisis subprime mortgage,” terang Christopher kepada Kontan.co.id, Jumat (13/3).
Christopher juga menambahkan, kapitalisasi pasar aset kripto yang kecil juga memperparah kondisi penurunan. Pasalnya ini bisa memudahkan pelaku pasar untuk mengguncang harganya ketika ada isu global.
Baca Juga: Perlukah milenial investasi bitcoin?
COO Toko Crypto Teguh Harmanda menyuarakan hal yang serupa. Tak dipungkiri corona memberi andil terhadap turunnya harga aset kripto. Namun dia juga menegaskan, penurunan ini juga didorong oleh faktor teknikal jika mengacu dari tren beberapa tahun silam.
“Level US$ 10.000-an (pertengahan Februari) bisa dikatakan memang sudah waktunya turun dan wajar terkoreksi. Hanya saja karena ada breakout corona di banyak negara, momen terkoreksinya jadi barengan,” terang Teguh.
Oleh karena itu Teguh menegaskan saat ini memang waktunya retest untuk harga aset kripto.
Baca Juga: Harga logam mulia ikut rontok terbawa virus corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News