Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asia Pasifik (APAC) tercatat sebagai kawasan dengan pertumbuhan tercepat dalam aktivitas kripto on-chain selama 12 bulan terakhir hingga Juni 2025, dengan nilai transaksi melonjak 69% secara tahunan.
Temuan ini terungkap dalam laporan Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 yang dirilis Selasa (2/9/2025).
“Total volume transaksi kripto di APAC tumbuh dari US$1,4 triliun menjadi US$2,36 triliun, didorong oleh interaksi yang kuat di pasar-pasar utama seperti India, Vietnam, dan Pakistan,” tulis Laporan Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 dikutip, Selasa (9/9).
Baca Juga: Transaksi Kripto Global Didominasi USDT dan USDC
Di posisi kedua, adopsi kripto di Amerika Latin tumbuh sebesar 63%, mencerminkan peningkatan adopsi di segmen ritel dan institusional. Sebagai perbandingan, adopsi di Afrika Sub-Sahara tumbuh sebesar 52%.
Hal itu menunjukkan ketergantungan kawasan ini yang berkelanjutan pada kripto untuk pengiriman uang dan pembayaran sehari-hari.
“Angka-angka ini menggarisbawahi pergeseran momentum kripto yang luas ke arah negara-negara berkembang, di mana utilitas di lapangan semakin mendorong adopsi,” terang Laporan Chainalysis.
Pada saat yang sama, Amerika Utara dan Eropa terus mendominasi secara absolut, masing-masing menerima lebih dari US$2,2 triliun dan US$2,6 triliun pada tahun lalu.
Pertumbuhan 49% di Amerika Utara mencerminkan tahun yang penuh dengan minat institusional baru, didukung oleh peluncuran ETF bitcoin spot dan kejelasan regulasi yang semakin baik.
Adapun pertumbuhan 42% di Eropa, meskipun lebih rendah dibandingkan kawasan lain, tetap merupakan peningkatan substansial, mengingat basisnya yang sudah tinggi, yang menyoroti aktivitas institusional yang berkelanjutan di benua tersebut dan basis pengguna yang terus berkembang.
Baca Juga: Kazakhstan Siap Bentuk Cadangan Kripto Nasional dan RUU Aset Digital Sebelum 2026
Sementara itu, kawasan MENA (Middle East and North Africa) mengalami pertumbuhan yang lebih moderat, yaitu 33%. Ini menunjukkan laju adopsi yang lebih lambat dibandingkan pasar negara berkembang lainnya, meskipun total volumenya masih melebihi setengah triliun dolar.
Jika dilihat berdasarkan negara, India berada di peringkat pertama. Disusul Amerika Serikat (AS), Pakistan, Vietnam, dan Brazil. Masing – masing di peringkat kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
Peringkat keenam adalah Nigeria. Sedangkan, Indonesia menduduki peringkat ketujuh. Disusul Ukraina, Filipina, dan Rusia yang masuk dalam 10 besar adopsi kripto global.
Selanjutnya: Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Jadi Menko Polkam Ad Interim
Menarik Dibaca: SiteMinder: Tarif Kamar Hotel di Lombok dan Bali Meningkat Jelang MotoGP Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News