Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
"Itu menjadi salah satu pertimbangan investor apakah benar masih bisa bertumbuh lagi lebih tinggi," ujarnya kepada Kontan, Jumat (10/9).
Kenaikan tersebut akan memicu valuasi yang terlalu tinggi, sehingga investor cenderung tidak yakin dan melepas kepemilikannya atau cenderung wait and see. Di sisi lain, value stock memang tidak memiliki kenaikan harga yang setinggi growth stock, akan tetapi menawarkan valuasi yang murah.
Melihat adanya tren yang berubah saat ini, Hendriko mengungkapkan growth stock maupun value stock tetap memiliki prospek dan risiko masing-masing. Yang jelas, apabila investor tetap memilih growth stock, investor perlu memastikan bahwa valuasi saham-sahamnya tidak terlalu tinggi.
Ia pun cenderung menjagokan saham-saham digital banking seperti PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), dan PT Bank Jago Tbk (ARTO). Kendati harga sahamnya belum akan naik signifikan dalam waktu dekat, ketiga saham itu memiliki potensi dalam beberapa tahun ke depan.
Sepengamatannya, industri bank digital masih cenderung baru di Indonesia. Jika ingin berhasil, bank digital perlu ditopang oleh ekosistem yang mendukung. "Dari banyak digital bank, saya melihat cukup yakin untuk tiga itu yang bisa bertahan," ungkapnya.
Untuk investor yang tertarik value stock, bisa memanfaatkan momentum ini dengan hold atau menambah porsinya. Adapun saham yang menurutnya menarik ada PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), serta saham-saham perbankan yang mayoritas masih diperdagangkan di valuasi yang menarik.
Selanjutnya: IHSG diprediksi menguat terbatas pada pekan depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News