Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki price to earning ratio (PER) yang masih lebih rendah ketimbang dengan indeks bursa saham lain di kawasan Asia yakni berada di kisaran 15,9 kali.
Presiden Direktur Astronacci International Sekuritas Gema Goeyardi menuturkan, apabila dilihat dari 4 bulan hingga 5 bulan lalu, valuasi IHSG masih dalam nilai wajar. “Ini tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Masih memiliki peluang, karena harga idealnya di 6.200-6.300,” katanya ketika ditemui di Jakarta, Senin (10/2).
Baca Juga: Turun lebih dari 5%, valuasi IHSG terbilang murah di Asia
Menurutnya, saat ini ada beberapa hal yang membuat investor menahan untuk masuk dalam negeri, salah satunya lantaran kasus Jiwasraya. Selain itu, investor juga masih mencermati kinerja para emiten.
Ia menyampaikan, rata-rata PER bursa negara tetangga lainnya berada di kisaran 16% hingga 17% dan PER IHSG masih terbilang fair value. Namun, adanya beberapa sentimen global seperti kekhawatiran pasar soal dampak virus corona terhadap perekonomian turut mempengaruhi pasar.
Gema menambahkan, isu terkait virus corona ini akan mempengaruhi pasar hingga empat bulan ke depan.
Hal yang sama juga disampaikan Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi. Ia menuturkan PER IHSG saat ini masih berada di posisi yang wajar, tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal.
Namun, investor asing masih cenderung menyeleksi emiten-emiten yang mengalami penurunan harga cukup dalam, tapi masih terbilang baik dari segi fundamental.
Misalnya saja pada Senin (10/2), investor asing memburu saham-saham seperti TLKM, BBCA, dan BBRI. “Sebelumnya TLKM kan mengalami penurunan cukup dalam. Kalaupun ada investor asing masuk, mereka cenderung pilih-pilih,” tambahnya.
Baca Juga: IHSG berpeluang menguat pada perdagangan Selasa (11/2)