Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - SOROWAKO. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berencana mengejar target produksi 90.000 ton nikel pada tahun 2022 mendatang. Untuk mencapai target ini, perusahaan mulai mengalokasikan US$ 23,75 juta atau 25% dari anggaran belanja modal (capex) tahun ini untuk meningkatkan kapasitas pabrik yang dilakukan tahun 2019.
Tahun ini, Vale menganggarkan capex sebesar US$ 95 juta. Rencana peningkatan kapasitas pabrik ini akan berlangsung dalam beberapa tahun ke depan, dilakukan pada beberapa proyek pabrik seperti dryer, kiln, maupun furnace. Itu semua adalah satu rangkaian yang tidak terpisahkan.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan, sumber capex tahun ini berasal dari kas internal.
Melihat kondisi ke depan, akan ada 69 proyek kecil yang harus ditingkatkan. Namun, untuk improvement furnace kemungkinan bakal jadi yang paling besar karena memerlukan upgrade tenaga listrik.
Selain itu, Vale juga tengah mencoba memproduksi dengan mobile screening station. Di mana, proses screening bisa lebih dekat dengan lahan tambang, sehingga proses penyaringan bisa lebih dekat dan efisien.
Direktur Proses Plant INCO Dani Widjadja mengatakan, untuk proses peningkatan INCO belum akan menambah alat produksi baru, melainkan meningkatkan kapasitas alat yang ada. Mengingat, dalam produksi, emiten tambang nikel ini juga banyak mengalami delay.
"Dalam berproduksi, itu enggak selamanya kita bisa 100% 'full gas' terus, jadi ada beberapa hambatan-hambatan juga yang menyebabkan kita delay produksi," ungkap Dani kepada Kontan, Jumat (27/7).
Akibat beberapa Delay, Dani mengaku pabrik jadi tidak bisa mencapai produksi konstan atau stabil. Kondisi-kondisi tersebut yang kini ingin diatasi INCO lewat improvement atau perbaikan, meskipun bukan upgrade besar-besaran.
"Di Dryer kita ingin mengganti gear box agar dryer bisa berputar lebih cepat. Kalau sekarang putarannya 2,0 rbm, itu ingin kita naikkan jadi 2,2 rbm, sehingga itu bisa mengolah material lebih banyak," tuturnya.
Dengan upaya-upaya tersebut, harapannya tingkat produksi pabrik yang saat ini baru berkisar 78.000-80.000 tob per tahun, secara bertaham akan mendekati 90.000 ton di 2022. Meskipun diakui, tahun depan akan ada shutdown pada aktivitas PLTA Larona selama 10 minggu.
"Itu (Larona) sudah mulai bocor-bocor, ada rembesar air dan harus diperbaiki. Itu memakan waktu 10 minggu, sehingga power ke furnace akan berkurang dan produksi akan berkurang tahun depan," ungkapnya.
Meskipun begitu, Dani optimistis dengan perbaikan secara bertahap, maka Perusahaan tersebut sanggup mencapai target produksi 90.000 ton di 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News