Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Usia Bursa Efek Indonesia (BEI) kini telah menginjak 40 tahun. Meskipun sebelum itu, akar sejarah pasar modal Indonesia sudah ada sejak lama. Sejak jaman kolonial Belanda. Kemudian, pasar modal Indonesia mulai kembali digalakkan saat Orde Baru dengan adanya Keputusan Presiden No 52 tahun 1976.
Pada perayaan HUT BEI ke-40 itu, sekaligus ditandai dengan beberapa momentum penting. Diantaranya launching ikon pasar modal berupa Banteng Wulung. Yakni hewan ikonik yang menandakan tren bullish pasar modal Indonesia. Objek ini sekaligus menjadi destinasi pariwisata di Jakarta.
Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK menyatakan pasar modal Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat. Jika menoleh kebelakang 4 dasawarsa lalu, pada tahun 1977 IHSG baru berada di level 98,00. Sementara per 11 Agustus kemarin IHSG sudah berada di level 5.766,13, "Atau meningkat lebih dari 5.000%," ujar Wimboh dalam sambutannya, Minggu (13/8).
Sementara itu nilai kapitalisasi pasar pada tahun 1977 baru mencapai Rp 2,73 miliar. Sedangkan per 11 Agustus 2017, nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sudah mencapai Rp 6.319,55 triliun, atau meningkat lebih dari 200.000%.
"Pada saat itu mungkin tidak terbayangkan oleh kita, bahwa pasar modal Indonesia akan berkembang sedemikian pesat dan bahkan saat ini mulai disejajarkan dengan beberapa negara maju baik di kawasan ASEAN maupun dunia," kata Wimboh.
Pasar modal Indonesia saat ini juga sudah menjadi salah satu tujuan investasi yang menarik bagi para investor baik dalam maupun luar negeri. Pasar modal Indonesia juga sudah berkembang menjadi salah satu sumber pendanaan jangka panjang (source of longterm financing) yang penting bagi dunia usaha dan juga bagi pemerintah untuk membiayai berbagai program pembangunan nasional.
"Khususnya pembangunan infrastruktur, ditengah mulai terbatasnya pembiayaan dari sektor perbankan yang cenderung berjangka pendek," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News