Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Fokus pasar pada pertemuan FOMC menenggelamkan pamor rupiah. Meski USD sedang koreksi, rupiah gagal unggul.
Di pasar spot, Senin (25/1) valuasi rupiah tergelincir 0,13% di level Rp 13.863 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah justru terangkat 0,21% ke level Rp 13.844 per dollar AS.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, pelemahan rupiah bisa dibilang terdorong oleh tren pelemahan euro. Pada akhir pekan lalu Gubernur European Central Bank (ECB), Mario Draghi melemparkan kemungkinan ditambahnya stimulus tambahan untuk menggenjot ekonomi Eropa pada Maret 2016 mendatang.
“Pelemahan euro, menguntungkan posisi USD yang berimbas pada runtuhnya kekuatan rupiah. Meski imbasnya tidak signifikan,” jelas Rully. Selain itu, pasar kini sedang mengantisipasi pertemuan FOMC yang akan diberlangsung pada pertengahan minggu ini.
Padahal hingga pukul 16.50 WIB index USD sudah koreksi 0,18% ke level 99,39 dibanding hari sebelumnya. "Karena hari ini minim sentimen dari USD sebenarnya, tapi rupiah tidak punya amunisi untuk unggul," tambah Rully.
Memang sudah hampir dipastikan The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya. Hanya saja peluang kenaikan suku bunga The Fed yang diramalkan bisa berlangsung pada Maret 2016 pun berpeluang ditunda. “Selagi pasar antisipasi FOMC, pelaku pasar akan cenderung mengumpulkan USD dan rupiah tersingkirkan,” jabar Rully.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News