Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di zona hijau pada perdagangan Kamis (24/3). IHSG meningkat 0,77% atau 53,57 poin ke level 7.049,69 dan mencetak level tertinggi baru.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, penguatan IHSG ini masih sejalan dengan teknikal yang diperkirakan dan sudah menyentuh 7.040 sebagai target terdekat dari IHSG.
Di sisi lain, dapat dicermati adanya aliran dana masuk asing sebesar Rp 1,85 triliun di seluruh pasar. "Nampaknya hal ini ditopang dari ekonomi Indonesia yang semakin kuat meskipun adanya faktor ketidakpastian dari global, ditambah kabar positif bahwa mudik Lebaran di tahun ini kembali dibuka dengan persyaratan vaksin dan booster," terang Herditya, Kamis (24/3).
Baca Juga: IHSG Rekor Pada Kamis (24/3), BBRI, BMRI, BBNI Paling Banyak Dibeli Asing
Untuk hari Jumat (25/3), Herditya memperkirakan IHSG rawan terkoreksi dalam jangka pendek untuk menguji 7.012-7.020 terlebih dahulu dengan support 6.976 dan resistance 7.060.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menambahkan, stochastic RSI memasuki overbought area bersamaan dengan penguatan Kamis (24/3). Untuk perdagangan selanjutnya, Jumat (25/3) IHSG rawan profit taking.
"Akan tetapi, kecenderungan capital inflow ke pasar modal Indonesia diperkirakan mampu menjaga IHSG di atas level psikologis 7000 di akhir pekan ini (25/3)," kata Valdy.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,07% ke Rp 14.361 Per Dolar AS Kamis (24/3)
Adapun net buy asing relatif merata di semua sektor pada perdagangan Kamis (24/3). Dia bilang, top picks untuk Jumat (25/3) meliputi BMRI, BBNI, ASII, TLKM, PWON, CTRA, dan ADRO.
Valdy menuturkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% yoy di 2022 oleh IMF (24/3) mendukung proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5% oleh Pemerintah Indonesia dan BI. Lebih lanjut, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6% di 2023.
Di sisi lain, sambung Valdy, risiko ketidakpastian masih tinggi di Amerika Serikat dan Eropa setelah Rusia melakukan aksi balasan terhadap sejumlah sanksi yang dikenakan oleh AS dan negara-negara Eropa. Sebelumnya, peningkatan risiko juga dipicu kecenderungan The Fed untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Hal tersebut menjadi salah satu katalis peningkatan capital inflow ke Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News