Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) menerbitkan 1,15 miliar saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pemegang merek Sari Roti itu berharap bisa mengantongi tambahan dana segar Rp 1,43 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun empat sampai enam pabrik baru di Sumatra, Kalimantan dan Jawa.
Analis menilai aksi korporasi ROTI ini akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan ke depan. Dengan tambahan pabrik baru, terutama di Kalimantan dan Sumatra, analis Bahana Sekuritas Michael Wilson Setjoadi mengatakan, ROTI sekaligus bisa memperbesar jalur distribusi, sehingga bisa menekan jumlah roti yang dikembalikan.
Sampai akhir kuartal III-2017, ROTI berhasil menekan jumlah roti yang dikembalikan dari sekitar 23% pada kuartal dua menjadi tinggal 13% saja. "Mengingat waktu expired Sari Roti yang hanya empat hari, pasti jaringan distribusinya terbatas," urai Wilson kepada Kontan, Rabu (1/11).
Namun efek penambahan pabrik baru tersebut tidak bakal langsung berdampak pada kinerja. Kontribusi terhadap pendapatan perusahaan baru akan terlihat sekitar 11,5 tahun lagi. Apalagi saat ini proses konstruksi pabrik tersebut belum dimulai.
Meski begitu, Wilson meyakini, kinerja perusahaan bakal makin positif, seiring masuknya perusahaan investasi global Kohlberg Kravis Roberts & Co LP (KKR) sebagai salah satu pemegang saham ROTI. Investor baru tersebut pasti akan menerapkan standar tersendiri untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Seperti emiten lain, biasanya masuknya investor baru akan membawa hasil yang lebih baik.
Wilson memandang, prospek ROTI sampai akhir tahun 2017 masih cukup bagus. Pendapatan diperkirakan bisa dicapai pada Rp 2,7 triliun. Tapi laba bersih akan sedikit tertekan di Rp 200 miliar.
Apalagi di kuartal terakhir ini, manajemen ROTI mulai mengiklankan lagi produknya. Tapi hasilnya diprediksi baru akan terasa di awal 2018 nanti. "Sekarang yang harus diwaspadai adalah persaingan dengan beberapa produsen roti lain," jelas Wilson.
Keyakinan serupa juga diungkapkan oleh Marlene Tanumihardja, Analis Samuel Sekuritas Indonesia. Dengan perolehan dana rights issue tersebut, ROTI berpeluang melakukan ekspansi pasar agar jangkauan konsumennya menjadi lebih luas. "Masuknya KKR sebagai salah satu investor strategis terbesar ROTI juga memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan bisnis perusahaan," ujar Marlene.
Permintaan melemah
Sayangnya, sampai kuartal III lalu, kinerja ROTI masih di bawah ekspektasi. Hingga akhir September, pendapatan perusahaan ini hanya mencapai Rp 1,82 triliun, atau terkoreksi 1% dari capaian periode yang sama tahun lalu. Kemudian laba bersih turun 52% menjadi Rp 97,35 miliar secara year on year (yoy).
Kata Marlene, penurunan kinerja secara yoy lebih disebabkan oleh lemahnya volume permintaan akibat lesunya ekonomi di awal tahun. Namun dibanding kuartal sebelumnya, kinerja ROTI sejatinya tumbuh, karena kembali normalnya permintaan setelah melewati bulan puasa.
Marlene memperkirakan, pendapatan emiten ini di akhir tahun akan mencapai sekitar Rp 2,7 triliun dan laba bersih sebesar Rp 189 miliar.
Sementara itu, Stevanus Juanda, Kepala Riset OUB Kay Hian, mengatakan, sebenarnya kinerja ROTI telah mengalami perbaikan dibandingkan posisi di awal tahun. Walaupun masih di bawah ekspektasi, tetapi capaian pada kuartal III telah menunjukkan adanya pemulihan operasi.
Ini menunjukkan strategi pemasaran perusahaan ini mulai memberikan hasil. "Sampai semester satu tahun depan kelihatannya akan membaik," papar dia.
Hal tersebut tercermin dari tingkat pengembalian penjualan dan persediaan kedaluwarsa yang membaik. Di kuartal II, pengembalian penjualan mencapai Rp 168 miliar. Tapi pada kuartal III, nilainya berkurang jadi Rp 103 miliar. Kemudian persediaan kedaluwarsa turun 36,6% dari Rp 66 miliar di kuartal II menjadi Rp 42 miliar di kuartal III. "Sampai semester I tahun depan kelihatannya akan membaik," imbuh Stevanus.
Hanya saja, Stevanus menurunkan proyeksi kinerja ROTI di 2017. Jika sebelumnya ia memprediksi pendapatan ROTI bisa mencapai Rp 2,62 triliun, kini ia menurunkan 0,7% menjadi Rp 2,6 triliun. Sedangkan, perolehan laba direvisi dari Rp 175 miliar menjadi Rp 157 miliar.
Stevanus merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.425 per saham. Marlene juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.620 per saham. Sedangkan Michael merekomendasikan sell dengan target harga Rp 980 per saham. Rabu (1/11), harga saham ROTI senilai Rp 1.285 per saham naik 1,18% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News