Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT PP Properti (PPRO) baru saja melepas 34,98% sahamnya dalam Intial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana saham publik di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (19/5) yang lalu. Harga saham perdana PPRO ditawarkan sebesar Rp 185 per lembar.
Melalui penawaran perdana ini, perseroan berharap dapat mengembangkan berbagai rencana investasi untuk mendukung langkah bisnis ke depan. Direktur Utama PP properti, Galih Prahananto mengatakan kalau perusahaan meraup dana sebesar Rp 908,78 miliar hingga Rp 1,57 triliun yang mayoritas akan digunakan untuk investasi membeli lahan dan membangun properti.
“Sekitar 75% dana hasil IPO akan dialokasikan untuk rencana investasi yang mendukung ekspansi perseroan, 15% lainnya dipakai sebagai modal kerja, dan sisanya untuk pelunasan sebagian pinjaman,” jelas Galih beberapa waktu lalu.
Setelah berhasil menghimpun dana dari IPO, PPRO berencana untuk memperluas portofolio propertinya di kota-kota besar, seperti Surabaya, Bekasi, Depok, Semarang, Serpong, dan Balikpapan. Balikpapan, Kalimantan Timur dipilih karena memiliki potensi properti yang besar mengingat GDP 2009-2014 di Kalimantan sebesar 5,3%.
Pada tahun ini, perusahaan bersiap untuk ekspansi bisnis ke Balikpapan. Perusahaan menyiapkan dana sekitar Rp 415 miliar untuk mengakusisi hotel dan mal yang sudah beroperasi. Dana sebesar Rp 180 miliar untuk akusisi hotel dan Rp 245 miliar untuk mal. Sumber dana tersebut berasal dari dana IPO dan pinjaman. Hotel dan mal yang akan diakusisi oleh PPRO berada di kawasan terintegrasi yang berdiri di lahan seluas 2-3 ha di pinggir pantai.
Rencana akusisi hotel tersebut bertujuan untuk semakin mengukuhkan kegiatan usaha perseroan di divisi hospitality, khususnya di Kalimantan yang memiliki potensi tinggi terhadap permintaan perhotelan. Rata-rata jumlah tamu hotel di Kalimantan berkisar 9.100 orang per hari.
Perusahaan juga akan menggunakan dana IPO untuk membeli beberapa bidang tanah di pulau Jawa dan Bali. Rencananya tanah tersebut akan dikembangkan menjadi proyek-proyek Central Business District (CBD) dan superblok yang terdiri dari pusat perbelanjaan, apartemen, ruko, hunian, dan hotel. Pengembangan superblok tersebut pada umumnya akan dikembangkan dalam lahan seluas 3-5 ha, sedangkan proyek CBD kurang lebih seluas 30 ha.
Salah satu contoh proyek superblok dan CBD yang akan dibangun oleh PPRO adalah proyek Grand Kamala Lagoon seluas 25 di Bekasi yang ditargetkan selesai pada tahun 2035, dan proyek Grand Sungkono Lagoon seluas 3.5 ha di Surabaya yang akan selesai pada tahun 2022.
Selain kedua proyek tersebut, PPRO juga berencana untuk mengembang proyek residensial di Bogor yakni proyek Gunung Putri, The Ayoma Apartment di Serpong, dan Payon Amartha di Semarang yang semuanya dijadwalkan rampung pada tahun 2019.
Terdapat pula proyek di Surabaya seperti Dharmahusada dan Apartemen Pavilion Permata dengan target penyelesaian di tahun 2016. Serta proyek Apartemen Permata Puri Cibubur dan Permata Puri Laguna di Depok yang akan selesai pada 2017 dan 2019.
PPRO diketahui mempunyai persediaan lahan atau land bank seluas 52 ha yang siap dikembangkan di masa depan. Lahan-lahan tersebut tersebar di Jawa, Padang, Pekanbaru, Bengkulu, Makassar, Bali, dan Lombok, yang diperkirakan akan memadai bagi rencana pengembangan proyek perusahaan selama 20 tahun ke depan.
PPRO juga berencana untuk menambah land bank sekitar 15 – 20 ha demi pertumbuhan jangka panjang. Tahun 2015 ini saja, PPRO telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 480 miliar untuk mengakusisi lahan baru.
PPRO pada awalnya merupakan diserfikasi kegiatan usaha non konstruksi dari PT PP (Persero) Tbk yang khusus menangani bisnis properti dengan tiga fokus segmen, yakni residensial, komersial, dan hospitality. Pada tahun 2013, sesuai dengan persetujuan RUPS PT PP (Persero) tbk, dilakukan pemisahan aset dan liabilitas divisi properti kepada PT PP Properti. Kemudian di tahun 2015, PPRO melaksanakan IPO pada 19 Mei 2015 dan menjadi perusahaan publik.
Sejak tahun 1991-2013, perseroan telah mengembangkan sekitar 15 proyek yang terdiri dari tujuh prooyek resdensial, enam proyek komersial, dan dua proyek hospitality. Proyek-proyek residensial yang sudah dijalankan antara lain, Apartemen Patria Park Jakarta, Perumahan Puri Cibubur, FX Resident Jakarta, dan Taman Griya Permata Bali. Untuk pengembangan proyek komersial, PPRO antara lain telah membangun Mal Serang Banten dan Grand Slipi Tower Jakarta. Begitu juga dengan proyek hospitality, yakni Park Hotel di Jakarta dan Bandung.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tahun 2014, jumlah aset PPRO hingga kini mencapai Rp 2,7 triliun dan ekuitas sebesar Rp 1 triliun. Sepanjang tahun 2014, perseroan mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp 555 miliar dengan laba bersih yang mencapai Rp 106 miliar. Setelah dilakukan IPO, ditargetkan laba bersih bisa melompat tiga kali lipat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News