Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menerbitkan saham perdana hari ini, PT Fuji Finance Indonesia Tbk (FUJI) menentukan target tahun ini adalah menggandakan laba komprehensif sebesar dua kali lipat. Untuk mencapai target yang optimistis ini, FUJI telah menyiapkan sejumlah strategi.
Sebagai tambahan informasi, FUJI merupakan emiten multifinance yang aktivitas keuangannya adalah pembiayaan investasi, modal kerja, dan multiguna. Emiten ini menawarkan fasilitas pembiayaan investasi untuk semua jenis mesin industri, pembangkit listrik, alat berat, dan semua jenis kendaraan termasuk truk dan bus untuk transporter.
Presiden Direktur FUJI Anita Marta menyatakan pihaknya telah melayani enam perusahaan domestik yang menjadi customer base. “Saat ini FUJI akan melakukan upaya ekspansi dengan menjajaki lebih dari lima perusahaan untuk bekerja sama untuk sektor energi terbarukan,” kata Anita saat ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (9/7).
Anita menargetkan tahun ini FUJI akan meraup laba komprehensif tahun berjalan dua kali lipat dari sebelumnya Rp 2,81 miliar menjadi Rp 6 miliar.
Anita menjelaskan strategi yang dilakukan FUJI adalah memasuki bisnis pembiayaan solar panel. Pembiayaan ini memiliki peluang yang potensial ke depannya sebab perbankan belum menyalurkan dana ke sektor tersebut. Sehingga dana peroleh hasil IPO seluruhnya akan digunakan sebagai working capital proyek baru ini.
“FUJI melihat sektor energi terbarukan punya peluang yang cukup besar dan kami memiliki kemampuan atau penguasaan untuk membiayai sektor ini,” ujarnya.
Lebih jauh Anita menjelaskan dengan keluarnya izin dari Peraturan Menteri (Permen) Nomor 49 Tahun 2018 lewat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk pemasangan roof-top panel surya bagi rumah tangga, BUMN dan Pemerintah Daerah secara langsung mendukung usaha FUJI dalam mengembangkan pembiayaan pada sektor ini. Anita optimistis targetnya pada tahun ini akan tercapai maksimal.
Melihat dari laporan keuangannya di 2018, FUJI mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 45,18% year on year (yoy) dari Rp 9,8 miliar pada 2017 menjadi Rp 5,39 miliar di 2018. Adapun laba bersih tahun berjalan juga turun drastis 70,4% yoy dari Rp 7,98 miliar pada 2017 menjadi Rp 2,81 miliar.
Hal ini disebabkan karena menurunnya pendapatan dan pembiayaan konsumen. Penurunan ini sehubungan dengan strategi FUJI mendiversifikasi pembiayaan ke sektor korporasi. FUJI merasa lebih nyaman dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor ini. Sektor ini pun lebih efisien dari segi biaya dan relatif lebih aman kolektibilitasnya.
Selain itu, FUJI juga menjual tanah senilai Rp 6,92 miliar pada 2017 yang masuk ke pendapatan lain-lain. Inilah yang menyebabkan tingginya laba di tahun 2017. Namun karena tidak ada penjualan tanah lagi di 2018, laporan keuangan FUJI mencatatkan penurunan yang signifikan pada laba tahun berjalan.
Salah satu risiko paling besar yang akan dihadapi FUJI adalah risiko kredit, yakni kegagalan debitur memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Namun Anita menyatakan FUJI telah melakukan serangkaian mitigasi yakni analisa terhadap calon debitur, menerapkan batasan kredit yang diajukan, dan pengawasan terhadap debitur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News