Reporter: Sandy Baskoro, Wahyu Satriani | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk memimpin kejatuhan saham-saham emiten Grup Bakrie. Harga mayoritas saham emiten Grup Bakrie kompak merosot, pada penutupan transaksi Rabu (29/8).
Harga saham Bumi, misalnya, kemarin menyusut 11,84% menjadi Rp 670 per saham. Dalam delapan hari terakhir, harga saham emiten berkode BUMI ini sudah anjlok 35%. Di periode yang sama, harga saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) juga merosot 11% menjadi Rp 136 per saham. Jika dihitung sejak awal tahun hingga kemarin (year to date), rata-rata harga saham Grup Bakrie sudah melorot 29%. Hanya saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang menanjak sebesar 36,54% year to date.
Kelongsoran harga saham Grup Bakrie ikut menekan kapitalisasi pasarnya di Bursa Efek Indonesia. Total kapitalisasi pasar Grup Bakrie kemarin mencapai Rp 52,77 triliun. Jumlah itu hanya 1,35% dari total kapitalisasi pasar BEI yang senilai Rp 3.880 triliun.
Kapitalisasi BUMI sejak awal tahun hingga kemarin sudah menyusut Rp 31,26 triliun atau anjlok 69% menjadi hanya Rp 13,92 triliun. Padahal Grup Bakrie yang dipimpin BUMI sempat merajai bursa saham sebelum pasar crash pada 2008 silam. Empat tahun lalu Kapitalisasi Grup Bakrie pernah mencapai 30%-40% kapitalisasi pasar BEI.
Para analis yang dihubungi KONTAN tidak merekomendasikan saham Grup Bakrie saat ini. Selain BUMI, masalah keuangan juga dihadapi Bakrie Telecom yang tahun ini harus melunasi obligasi senilai Rp 650 miliar. "Saya tak berminat dengan saham Grup Bakrie," tutur praktisi pasar saham, Ellen May.
Perusahaan pengelola dana, Investa Saran Mandiri, juga tak merekomendasikan saham BUMI. Untuk saham batubara, Investa hanya memilih HRUM, ITMG dan PTBA. Investa merekomendasikan hold untuk ketiganya dengan target masing-masing 7.000, 41.000 dan 17.000.
Analis Panin Sekuritas Fajar Indra bahkan menduga kondisi keuangan BUMI dalam zona bahaya dan menuju kebangkrutan finansial. "Kami menggunakan metode Altman Score untuk menguji solvabilitas keuangan BUMI dari kebangkrutan finansial," tulis Fajar Indra dalam risetnya.
Menanggapi hal itu, Direktur BUMI Dileep Srivastava menjawab diplomatis. Menurut dia, perseroan tetap transparan, tanggap dan bertahan terhadap berbagai tantangan eksternal. BUMI berupaya mendongkrak kinerja keuangannya. "Ini merupakan tahun yang berat bagi pasar, terutama industri batubara karena harganya mengalami penurunan," ujar dia kepada KONTAN, Rabu (29/8).
Dileep mengklaim BUMI memperoleh harga jual batubara yang bagus. Hal itu menopang penjualan di semester I-2012. "Penjualan kami masih lebih tinggi 10% daripada tahun lalu," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News