Reporter: Adi Wikanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LOMBOK. Pertama kalinya, Indonesia memiliki pusat penjualan mutiara. Namanya, Rumah Mutiara Indonesia (RMI) yang berlokasi di jalan By Pas, dekat dengan Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). RMI resmi beroperasi pada Rabu (19/2).
Berdiri di atas lahan seluas 4 hektare (ha), RMI akan menampung pengusaha pengolahan mutiara di Lombok. Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) mencatat ada 20 perusahaan budidaya mutiara dan lebih dari 100 perusahaan pengolahan mutiara.
Untuk tahap awal, RMI akan menjadi ruang pameran sekaligus tempat penjualan mutiara. Ke depannya, RMI akan berkembang sebagai tempat pelelangan mutiara, sekaligus untuk menyeleksi mutiara yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) demi mendongkrak ekspor.
"Tempat ini juga untuk membina pengusaha agar bisnisnya semakin berkembang," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, saat peresmian RMI.
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu produsen mutiara terbanyak di dunia. Di pasar mutiara internasional ada empat jenis produk, salah satunya Mutiara Laut Selatan atau South Sea Pearl (SSP). Setiap tahun, produksi SPP di dunia mencapai 10-12 ton yang didominasi dari Indonesia, Australia, Filipina, dan Myanmar. Indonesia memasok 43% dari pasar dunia.
Tahun 2012, nilai ekspor mutiara Indonesia mencapai US$ 29,43 juta atau 2,07% dari nilai perdagangan mutiara di pasar global. Dengan jumlah itu, Indonesia duduk di peringkat 9 dunia.
"Keberadaan RMI, lama-kelamaan akan mendongkrak ekspor mutiara," tandas Sharif.
Namun, Syarif enggan menargetkan peningkatan ekspor mutiara tersebut. Ia optimistis, prospek bisnis mutiara di Indonesia sangat baik, sehingga akan mendukung perekonomian wilayah dan nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News