Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Aksi 'cuci gudang' aset-aset PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) terus berlanjut. Manajemen UNSP menargetkan, pelepasan aset-asetnya bisa tuntas bulan Oktober 2013 mendatang.
Asat yang dimaksud adalah penjualan lahan kebun kelapa sawit milik enam anak usaha UNSP yang bernaung dalam sub-grup Agri International Resources Pte. Ltd (AIRPL). Enam anak usaha UNSP itu adalah PT Jambi Agrowijaya, PT Eramitra Agrolestari, PT Trimitra Sumberperkasa, PT Multrada Multi Maju, PT Padang Bolak Jaya, dan PT Perjapin Prima.
Direktur Utama UNSP, Iqbal Zainuddin mengatakan, total luas lahan yang dilepas adalah seluas 30.000 hektare (ha). Sayangnya, Iqbal masih belum bersedia membuka identitas lawan transaksi UNSP tersebut. Dia hanya bilang, salah satu peminatnya adalah holding company (perusahan induk) yang terafiliasi dengan pihak asing.
Iqbal menambahkan, aset yang dijual merupakan kebun-kebun kelapa sawit yang memiliki ongkos prosuksi paling tinggi. Sehingga, penjualan aset itu justru menguntungkan karena mengurangi beban pengeluaran UNSP.
Kontribusi lahan yang dijual diklaim tidak terlalu signifikan. Nilainya, lanjut Iqbal, sebesar 15% dari pendapatan konsolidasi UNSP tahun 2012. Nah, di tahun lalu, pendapatan UNSP mencapai Rp 2,48 triliun. Artinya nilai penjualan aset lahan UNSP itu sekitar Rp 372 miliar.
Iqbal bilang, pihaknya akan menggunakan dana hasil penjualan aset itu untuk membayar utang. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2012, total kewajiban UNSP bernilai Rp 11,07 triliun. Dari jumlah tersebut, kewajiban jangka pendek berjumlah Rp 3 triliun. "Kami berharap, masalah besar yang dihadapi tahun lalu biasa diatasi dengan penjualan kebun," kata dia, Senin (8/7).
Aset lain yang dijual
Seperti pernah ditulis KONTAN sebelumnya, pada 18 Desember 2012, UNSP sudah menandatangani perjanjian jual beli aset milik enam anak usaha UNSP dengan pihak yang tak disebutkan namanya. Ada dua jenis aset yang dijual. Pertama, UNSP melego aset tetap enam anak usaha itu di luar hak guna usaha (HGU) dan tanaman perkebunan. Kedua, UNSP pun menjual persediaan yang dimiliki enam anak usaha, kecuali minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit.
Hingga 31 Desember 2012, UNSP telah menerima pembayaran atas penjualan aset tetap senilai US$ 29,61 juta. Dari transaksi ini, UNSP mengklaim memperoleh laba Rp 33,28 miliar.
Di saat bersamaan, keenam anak usaha UNSP juga melego aset tidak lancar miliknya, dan diklasifikasikan menjadi empat aset tidak lancar yang tersedia untuk dijual. Pertama, bibit tanaman senilai Rp 6,9 miliar.
Kedua, tanaman perkebunan enam anak usaha senilai total Rp 531,24 miliar. Ketiga, aset tetap enam entitas anak senilai Rp 15,58 miliar. Dan keempat, goodwill enam anak usaha senilai Rp 1,98 triliun. Goodwill adalah selisih antara biaya akuisisi perusahaan dan anak usaha dengan nilai wajar aset yang diperoleh.
Transaksi jual beli aset tidak lancar belum sepenuhnya selesai dilakukan. Namun, UNSP sudah menerima uang muka penjualan US$ 9,89 juta.
Tak hanya itu, UNSP juga berniat menjual kepemilikan saham dan pengalihan hak tagih di PT Guntung Idamanusa. UNSP mengklaim sudah mendapatkan beberapa calon pembeli pihak ketiga yang siap membeli.
Berdasarkan data Bloomberg, tak satu analis yang memvaluasi saham UNSP memberikan rekomendasi beli. Giovanni Aristo, analis Bahana Securities, merekomendasikan reduce (jual bertahap) dengan target harga Rp 85. Kemarin, harga UNSP turun 3,77% ke Rp 51 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News