Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal pertama 2018, kinerja keuangan PT United Tractors Tbk (UNTR) terbilang mulus. Perusahaan yang tengah menjadi andalan Grup Astra ini kian gencar melakukan diversifikasi bisnis sepanjang tahun ini.
Beberapa tahun ke depan, UNTR menargetkan pembangunan pembangkit listrik sebagai langkah diversifikasi usaha di sektor energi. Poyek tersebut antara lain PLTU PAMA-1 berkapasitas 2x15 MW di Kalimantan Tengah dan PLTU Jawa 4 berkapasitas 2x1000 MW.
Tak cuma itu, UNTR juga akan melebarkan sayap di bisnis tambang batubara, dengan merambah produksi batubara coking coal. Lantaran batubara ini merupakan salah satu bahan baku pembuatan baja, UNTR berniat membidik PT Krakatau Steel (KRAS) sebagai konsumen domestik.
Kendati demikian, analis Kresna Securities Robertus Yanuar Hardy berpendapat, dalam satu hingga dua tahun ke depan, diversifikasi bisnis UNTR ini belum akan berdampak signifikan bagi kinerja keuangan perusahaan. Alasannya, pertama, PLTU PAMA-1 kapasitasnya terbilang kecil dan baru beroperasi tahun depan.
"Dari total kapasitas tersebut, 60% akan digunakan untuk opersional tambang perseroan dan 40% sisanya baru akan dijual kepada pihak ketiga yaitu PLN," tutur Robertus.
Ia menilai bisnis PLTU milik UNTR baru akan mulai berkontribusi besar pada 2021 mendatang, saat PLTU Jawa 4 yang ada di kompleks Tanjung Jati beroperasi. Meskipun berstatus joint-venture, kapasitas PLTU yang besar berpotensi memberi dampak positif pada kinerja UNTR.
Sementara, meski menarik, Robertus menilai saat iniĀ pasar coking coal di dalam negeri terbilang kecil, lantaran industri baja yang juga belum begitu berkembang. "Sepertinya, kalau ingin membesarkan bisnis coking coal, UNTR harus lebih menyasar pasar ekspor seperti India yang sudah punya industri baja lebih mapan," ujar dia.
Proyeksinya, segmen usaha penjualan alat berat Komatsu, Scania, dan UD Trucks, serta segmen usaha jasa pertambangan melalui PT Pasa Persada Nusantara masih akan menjadi penyumbang terbesar pendapatan UNTR. Di sisi lain, potensi beralihnya bauran energi pada energi baru dan terbarukan patut diantisipasi sebagai salah satu risiko bisnis UNTR.
"Memang belum akan terefleksi dalam waktu dekat karena saat ini porsi batubara masih 50% terhadap bauran energi di beberapa negara seperti Indonesia dan China. Permintaan masih akan cukup tinggi untuk menopang harga yang positif," ujarnya.
Akhmad Nurcahyadi, analis Samuel Sekuritas, memprediksi, pendapatan UNTR di akhir tahun ini masih mampu tumbuh sekitar 7,6% menjadi Rp 69,4 triliun. Laba bersih juga diperkirakan masih akan naik 12,7% menjadi Rp 8,34 triliun.
Akhmad merekomendasi buy saham UNTR dengan target harga Rp 41.500 per saham. Robertus juga merekomendasikan buy UNTR dengan target harga yang lebih rendah yaitu Rp 40.000 per saham.
Pada perdagangan Rabu (23/5), harga saham UNTR ditutup menguat 1,25% ke level Rp 36.425 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News