Reporter: Namira Daufina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Nilai tukar rupiah hanya menguat tipis di tengah antisipasi pasar terhadap sinyal The Fed. Mengutip Bloomberg, Selasa (23/8), kurs rupiah menguat tipis 0,03% dari hari sebelumnya ke level Rp 13.222 per dollar AS.
Sedangkan, kurs tengah Bank Indonesia mencatat, mata uang Garuda melemah 0,14% ke posisi Rp 13.216 per dollar AS.
Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan, penguatan rupiah di pasar spot lebih karena penyesuaian posisi setelah tertekan beberapa hari terakhir. Selain, memang karena di pasar global sedang minim katalis yang bisa jadi penentu pergerakan.
Mengingat di awal pekan tidak ada data ekonomi baru yang dirilis terutama dari Amerika Serikat. “Pasar global sedang mengantisipasi pidato Gubernur The Fed, Janet Yellen akhir pekan nanti untuk mencari ketegasan arah kebijakan setelah pernyataan hawkish pejabat The Fed sebelumnya,” ujar Agus. Maka tidak heran untuk sementara dollar AS bergerak wait and see.
Sementara, dari domestik, sejatinya kepastian penggunaan 7-days repo rate berimbas negatif pada rupiah. “Karena efeknya kan penggunaan rupiah akan semakin tinggi karena bunga kredit jadi lebih rendah, peredaran uang yang banyak pasti berimbas buruk ke mata uang,” jelas Agus. Selain juga karena pergerakan negatif di pasar saham dan arus dana asing keluar yang membebani rupiah.
Minimnya katalis utama membuat posisi rupiah terhitung sangat sempit. “Tapi karena sudah menembus level Rp 13.200, maka kans melemah tetap ada,” proyeksi Agus. Level resistance berikutnya Rp 13.280 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News