Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pamor emas membaik. Harga logam mulia ini bangkit dari posisi terendah tujuh pekan setelah petinggi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memberikan sinyal, kenaikan suku bunga tak akan terjadi dalam waktu dekat.
Mengutip Bloomberg, Rabu (25/2) pukul 16.10 WIB, harga emas untuk pengiriman April 2015 di Commodity Exchange naik 0,94% menjadi US$ 1.208,5 per troi ons. Padahal, sehari sebelumnya, emas terpuruk ke posisi US$ 1.197,3 per troi ons. Ini harga terendah sejak 2 Januari lalu. Namun, dibandingkan akhir tahun lalu, harga emas saat ini sudah naik sekitar 2%.
Selasa (24/2) malam, Gubernur The Fed Janet Yellen menyampaikan, bank sentral AS akan lebih fleksibel dalam menentukan waktu kenaikan suku bunga. Saat ini pasar tenaga kerja AS membaik, tapi inflasi dan pertumbuhan upah pekerja masih rendah. Makanya, The Fed tidak akan buru-buru mengerek suku bunga.
Sepanjang 32 bulan terakhir, tingkat inflasi AS bergerak di bawah 2%. Laporan inflasi bulan Januari 2015 yang bakal dirilis Kamis (26/2) juga diprediksi minus 0,6%, atau lebih rendah dibandingkan bulan Desember, yaitu minus 0,4%. "Yelen akan mencermati perkembangan tingkat inflasi sebelum memutuskan menaikkan bunga," kata Jonathan Barratt, Kepala Investasi Ayers Alliance Securities, kepada Bloomberg, Rabu (25/2).
Analis PT Esandar Arthamas Berjangka Tonny Mariano menilai, pernyataan Yellen menjadi faktor paling dominan di pasar saat ini. Sinyal The Fed tersebut mengendurkan otot dollar AS.
Pelaku pasar yang semula memegang dollar AS mengalihkannya sebagian ke emas. "Harga emas juga tertopang pembelian dari investor China setelah pasar libur sepekan," ujarnya.
Jangka panjang bearish
Tonny memperkirakan, rebound harga emas bisa berlanjut dalam jangka pendek meskipun pergerakannya mulai terbatas. Tapi, secara keseluruhan, prospek emas masih bearish alias turun. Perhatian pasar masih akan tertuju pada rencana utama The Fed untuk menaikkan suku bunga.
Analis PT SoeGee Futures Alwy Assegaf sependapat. Menurutnya, meski tidak menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, hal itu pasti akan dilakukan paling lama pada pertengahan tahun ini. Pasar tetap akan mengantisipasi rencana tersebut dengan bersiap-siap memegang dollar AS. "Ini bakal mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven," jelas Alwy.
Selain itu, kata Alwy, peran emas sebagai safe haven juga perlahan surut setelah ketegangan di Yunani mereda. Seperti diketahui, kreditur di Eropa dan Yunani mencapai kesepakatan perpanjangan dana talangan (bailout) selama empat bulan. "Kondisi yang aman memicu pelaku pasar yang semula memegang emas perlahan melepaskannya," ujarnya.
Alwy menduga, hingga akhir semester I-2015, pasar emas masih cenderung lesu. Harga emas, dia perkirakan, bertahan di kisaran US$ 1.200 per troi ons. Bahkan, Tonny melihat potensi harga emas menuju ke bawah US$ 1.200 per troi ons.
Sementara, grafik teknikal menunjukkan, hari ini, harga emas masih berpeluang naik. Harga tertahan di moving average (MA) 10, yaitu level US$ 1.210 per ons troi. Jika ini bisa ditembus, peluang naik dalam jangka pendek masih ada. Stochastic sudah jenuh jual sehingga membuka peluang kenaikan. Tapi, MACD masih negatif meski sudah memasuki area jenuh jual.
Prediksi Alwy, hingga akhir pekan ini, harga logam mulia bergerak antara US$ 1.110-US$ 1.234 per troi ons. Tonny menebak, harga emas bergulir di kisaran antara US$ 1.180-US$ 1.230 per troi ons.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News