Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis setelah kemarin merosot. Kamis (12/12) pukul 7.17 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2020 di New York Mercantile Exchange naik 0,24% ke US$ 58,90 per barel.
Pergerakan harga minyak masih menunggu kabar negosiasi dagang Amerika Serikat (AS)-China. Menurut sumber Reuters, Presiden AS Donald Trump kemungkinan akan bertemu dengan penasihat ekonomi dan perdagangan tertinggi hari ini untuk mendiskusikan kelanjutan penerapan tarif impor US$ 156 miliar dari China yang akan berlaku 15 Desember.
Sumber Reuters menyebut, pertemuan ini akan melibatkan US Trade Representative Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan penasihat Gedung Putih Larry Kudlow dan Peter Navaro. Seorang sumber mengatakan bahwa kelanjutan penerapan tarif impor pada 15 Desember akan menggoyahkan negosiasi dagang AS-China untuk mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung 17 bulan.
Baca Juga: Wall Street menguat setelah Federal Reserve menahan suku bunga acuan
Kenaikan harga minyak hari ini pun merupakan pembalian dari transaksi kemarin. Rabu (11/12), harga minyak acuan AS ini melorot 0,81% dari hari Selasa yang masih ada di US$ 59,24 per barel. Penurunan harga minyak ini terjadi setelah Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa terjadi kenaikan persediaan minyak mentah.
Menurut data EIA, stok minyak mentah naik 822.000 barel pada pekan lalu. Angka ini jauh berbeda dari prediksi polling Reuters yang meramalkan penurunan persediaan hingga 2,8 juta barel.
Baca Juga: OPEC: Permintan minyak tahun depan 29,58 juta barel per hari
Dengan total persediaan 447,9 juta barel, stok minyak sekitar 4% lebih tinggi dari rata-rata pekan pertama Desember lima tahun terakhir. Meski stok minyak naik, persediaan minyak di Cushing, Oklahoma yang merupakan pusat pengiriman WTI, turun 3,4 juta barel pekan lalu. Ini adalah penurunan terbesar sejak Februari 2018.
Sementara persediaan bensin dan distilat melonjak. Stok bensin melesat 5,4 juta barel. Sementara distilat yang termasuk solar dan heating oil naik 4,1 juta barel, lebih dari dua kali lipat prediksi analis.
"Data inventaris agak bearish jika kita mempertimbangkan penurunan operasional penyulingan dan penurunan permintaan bensin," kata John Kilduff, partner Again Capital kepada Reuters.
Baca Juga: Tersulut harga BBM, inflasi AS bulan lalu berlari lebih kencang
Phil Flynn, senior energy analyst Price Futures Group mengatakan bahwa badai musim dingin yang menyebabkan salju tebal di sejumlah negara bagian AS berdampak pada penurunan permintaan bensin sehingga stok meningkat. "Mobil-mobil diparkir dan ada penurunan permintaan. Tapi ini hanya gejolak yang terjadi sekali," kata Flynn.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News