Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
INDRAMAYU. PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB) mengincar kontrak jasa konstruksi dari Chevron Indonesia senilai US$ 85 juta. Jika berhasil, ini akan menjadi kontrak pertama perusahaan ini di tahun depan.
Sekretaris Perusahaan Truba Gamala Katoppo mengharapkan, kontrak baru itu bisa mempertahankan target nilai kontrak baru (order book) Truba setiap tahun sebesar US$ 700 juta. "Tentu ditopang oleh kontrak-kontrak baru," kata, di Indramayu, akhir pekan lalu.
Tahun ini, Truba telah mengantongi dua kontrak baru. Pertama, kontrak konstruksi pembangkit listrik Tanjung Jati B Ekstension berkapasitas 2x660 Mega Watt (MW) senilai US$ 16 juta. Kedua, pembangkit Paiton 3 berkapasitas 1x815 MW dan nilai kontrak mencapai US$ 60 juta.
Dengan memperoleh dua kontrak di tahun ini, Truba berhasil mempertahankan nilai order book. "Soalnya, kontrak yang terealisasi di tahun 2008 lalu sebesar US$ 80 juta," imbuh Gamala.
Selain itu, saat ini, Truba tengah membidik proyek Engineering, Procurement, and Construction (EPC) untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia, baik pembangkit listrik, minyak dan gas, atau industri. "Hingga kini, EPC memberikan kontribusi hingga 94% pada pendapatan konsolidasi Truba," katanya.
Karenanya, wajar jika Truba sangat mempertahankan bisnis EPC yang digarap oleh anak usahanya, PT Truba Jaya Engineering. Hingga Juni 2009, TRUB membukukan pendapatan Rp 1,56 triliun, atau naik 26,83% ketimbang periode yang sama setahun lalu, yaitu Rp 1,23 triliun.
Namun, Truba tidak menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) besar di 2010. Maklum, mereka tidak memiliki rencana menambah alat berat di bisnis EPC. "Untuk batubara, kami hanya menganggarkan US$ 5 juta dari kas," katanya.
Sebenarnya, capex terbesar adalah untuk bisnis pembangkit listrik atau Independent Power Producer (IPP). Namun, proyek itu belum berjalan karena Truba masih kesulitan mencari mitra strategis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News