kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren Suku Bunga Naik, Return Reksadana Pasar Uang Berpotensi Naik ke 3,5%-4%


Minggu, 22 Mei 2022 / 20:09 WIB
Tren Suku Bunga Naik, Return Reksadana Pasar Uang Berpotensi Naik ke 3,5%-4%
ILUSTRASI. Tren suku bunga naik, imbal hasil reksadana pasar uang berpotensi naik ke 3,5%-4%


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga berpotensi menambah imbal hasil reksadana pasar uang. Investasi di instrumen yang minim risiko ini jadi semakin menarik.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, asumsi awal proyeksi imbal hasil reksadana pasar uang adalah 3%-3,5% di tahun ini. Namun, bila suku bunga Bank Indonesia (BI) naik menjadi sekitar 4%, maka proyeksi imbal hasil reksadana pasar uang juga naik ke 3,5%-4% di tahun ini.

"Harap diingat suku bunga itu belum net pajak, sementara pasar uang sudah net, jadi target pasar uang itu setara atau lebih tinggi dari deposito," kata Wawan, Jumat (20/5).

Namun, Direktur Batavia Prosperindo Asset Management Eri Kusnadi mengatakan, meski ada potensi imbal hasil reksadana pasar uang naik, pelaku pasar harus perhatikan juga kecepatan bank dalam merespon kenaikan suku bunga BI dan besaran penyesuaian suku bunga deposito di masing-masing bank. "Karena likuiditas yang relatif tinggi, bisa saja membuat perbankan tidak langsung menaikkan suku bunga depositonya," kata Eri.

Selain itu, kenaikan suku bunga akan menekan pergerakan harga obligasi juga. Reksadana pasar uang juga memiliki aset obligasi di tenor kurang dari 1 tahun. Namun, tekanan pada obligasi tenor pendek lebih rendah. Alhasil, Eri memprediksikan kinerja reksadana pasar uang masih cukup stabil dalam jangka menengah.

Baca Juga: Suku Bunga Naik, Return Reksadana Terproteksi Berpotensi Tambah Menarik

Eri memperkirakan, kenaikan suku bunga BI bisa dilakukan tiga hingga empat kali dengan besaran 25 basis poin dan kemungkinan dilakukan pada semester II-2022. Faktor yang mempengaruhi kenaikan suku bunga adalah nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi domestik.

Wawan menyimpulkan kinerja pasar uang yang berpotensi terangkat bisa menarik minat investor yang memiliki tujuan dan profil risiko investasi jangka pendek. Eri juga mengatakan dalam kondisi apapun adalah tepat untuk berinvestasi. Dengan catatan, harus sesuai dengan profil risiko dan perencanaan keuangan dari investor tersebut. "Tren suku bunga naik, akan cukup menarik investasi di reksadana pasar uang dalam jangka menengah," kata Eri lagi.

Sejauh ini, perkembangan dana kelolaan atawa asset under management (AUM) reksadana pasar uang di Batavia bergerak cukup dinamis dengan kecenderungan meningkat. Eri mengatakan kenaikan AUM tersebut terjadi sejak 1-2 tahun belakangan seiring melimpahnya likuiditas domestik.

Sementara, dalam jangka pendek kenaikan maupun penurunan AUM lumrah terjadi pada reksadana pasar uang sesuai dengan kebutuhan likuiditas inevstor yang berubah-ubah. Seperti, AUM reksadana pasar uang di April mengalami penurunan sebesar 1,31% secara bulanan menjadi Rp 109,22 triliun.

Wawan mengatakan, diperiode tersebut wajar AUM reksadana pasar uang menurun karena masyarakat membutuhkan dana kas untuk Lebaran dan mudik. "Reksadana pasar uang memang sebagai instrumen yang paling likuid dan aman menjadi yang pertama dicairkan," kata Wawan.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Melorot, Saham-Saham ini Diprediksi Berpeluang Datangkan Cuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×