Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren sentimen positif untuk rupiah tersandung defisit neraca perdagangan di sepanjang tahun lalu yang mencapai US$ 8,57 miliar.
Mengutip Bloomberg di pasar spot, Selasa (15/1), rupiah menguat 0,24% ke Rp 14.090 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah tercatat melemah 0,22% ke 14.084 per dollar AS.
Analis Monex Investindo Future Faisyal mengatakan, Federal Reserve yang menunda kenaikan suku bunga acuannya di tahun ini masih menjadi faktor utama penguatan rupiah di hari ini. Sentimen positif bagi rupiah juga datang dari harga minyak mentah global yang turun.
Namun, Faisyal mengatakan dengan semakin melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia membatasi penguatan rupiah hari ini. Jika ditarik ke belakang, neraca perdagangan Indonesia di periode 2018 merupakan yang terburuk sejak Indonesia Merdeka.
Kini, pelaku pasar masih menanti hasil voting terakhir Brexit. "Jika hasil voting sesuai dengan perkiraan pasar dan data ekonomi AS kembali dirilis negatif maka ini kembali memberikan angin segar pada rupiah," kata Faisyal, Selasa (15/1).
Namun, jika hasil voting kurang memuaskan pelaku pasar, rupiah sebagai mata uang berisiko akan merasakan imbas negatif dari volatilitas pasar global dan berpotensi melemah. Faisyal memproyeksikan pergerakan rupiah besok berada di rentang Rp 14.000 per dollar AS hingga Rp 14.180 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News