kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren penurunan suku bunga, kerek popularitas reksadana pasar uang


Senin, 11 November 2019 / 06:00 WIB
Tren penurunan suku bunga, kerek popularitas reksadana pasar uang
Ilustrasi foto Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/09/2019


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang semakin diminati pelaku pasar, seiring dengan tren penurunan suku bunga yang juga menggerus imbal hasil deposito.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dirilis Jumat (8/11), total AUM reksadana Oktober 2019 tercatat naik Rp 12,44 triliun atau tumbuh 2,27% menjadi Rp 553,21 triliun dari capaian bulan sebelumnya Rp 540,91 triliun.

Assistant Vice President, Head of Product Development Wealth Management Division BNI Teddy Satriadi Suardi menilai, dengan melihat kondisi pasar saat ini reksadana pasar uang mulai cukup diminati. Ini karena, investor melihat reksadana pasar uang sebagai instrumen substitusi untuk deposito.

Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Pasar Uang Melejit premium

Terlebih, dalam kondisi bank-bank mulai selektif memberikan special rate untuk deposito, ini membuat investor mulai melirik reksadana pasar uang yang memiliki fitur hampir mirip dengan deposito.

"Di BNI kami juga melihat pertumbuhan reksadana pasar uang yang cukup signifikan dalam dua bulan terakhir ini," jelas Teddy kepada Kontan.co.id, Sabtu (9/11).

Sementara itu, Teddy menjelaskan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuannya menjadi  5% di Oktober lalu, secara otomatis membuat harga-harga obligasi cenderung naik. Alhasil, bisa dilihat saat ini bahwa performa reksadana pendapatan tetap lebih tinggi dan mulai diminati investor.

Baca Juga: Reksadana obligasi diprediksi masih akan moncer hingga akhir tahun

Di sisi lain, performa bursa saham dianggap masih belum baik, ini menjadikan investor belum berani masuk di reksadana saham. Mengutip RTI, sepanjang 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diketahui terkoreksi 0,27% dan berada di level 6.177 per Jumat (8/11).

Ke depannya, secara historis Teddy menilai di Desember kondisi bursa saham cenderung positif, apalagi pengumuman kabinet baru beberapa waktu lalu juga ditanggapi positif oleh pelaku pasar. Sayangnya, kondisi ekonomi global dianggap masih akan memberikan tekanan ke bursa saham Tanah Air.

Untuk itu,  diperkirakan pasar masih menunggu laporan kinerja kabinet baru. Meskipun belum mengalami kenaikan yang signifikan, tapi IHSG masih bertahan di atas 6.000 dan diharapkan akan semakin baik ke depannya.

Baca Juga: Simak 5 poin ini sebelum mulai investasi reksadana

"Saat ini, investor baru melirik obligasi dan saya berharap ke depan akan mulai masuk ke pasar saham. Sementara untuk reksadana pasar uang dan pendapatan tetap, tampaknya masih akan menjadi alternatif investasi bagi investor," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×