Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penguatan rupiah diperkirakan analis masih akan berlanjut dalam waktu dekat, bahkan tidak mustahil hingga akhir tahun nanti. Namun, itu semua bergantung dari kelanjutan sentimen-sentimen yang sudah bergulir sejak awal tahun.
Seperti yang diketahui, kurs rupiah di pasar spot pada perdagangan Kamis (31/1) menguat signifikan 1,12% ke level Rp 13.973 per dollar AS. Jika dihitung, sepanjang tahun ini rupiah telah menguat 2,90% terhadap the greenback.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, penguatan rupiah di hari ini sangat dipengaruhi oleh keputusan Federal Reserve yang tetap mempertahankan suku bunga acuan AS di level 2,25%-2,50%. Tak hanya itu, The Fed juga memilih untuk lebih bersabar dalam menjalankan kebijakan moneter tersebut di tengah risiko perlambatan ekonomi global.
Sentimen ini membuat investor global kembali melirik aset-aset berisiko, termasuk rupiah. “Arus dana asing juga kembali masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia,” ujar dia, hari ini.
Faisyal menambahkan, potensi penguatan rupiah dalam jangka pendek tetap ada. Namun, penguatan tersebut cenderung terbatas. Pasalnya, para pelaku pasar masih menanti kelanjutan perundingan dagang antara AS dan China.
Sentimen ini masih bisa memberatkan langkah rupiah. Apalagi, baru-baru ini AS menuduh perusahaan teknologi asal China, Huawei, melakukan penipuan perbankan.
Di samping itu, para pelaku pasar juga masih menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai masalah Brexit. Menjelang deadline Brexit tanggal 29 Maret nanti, Perdana Menteri Inggris Theressa May justru masih dihadapkan pada sejumlah masalah.
Upaya perpanjangan masa tenggat waktu Brexit yang diajukan oleh May menemui hambatan setelah parlemen Inggris dan Uni Eropa mengajukan persyaratan yang berbeda-beda. “May berada dalam situasi serba salah karena tiap pilihan yang ada bisa menimbulkan konsekuensi negatif bagi masa depan Brexit,” ungkap Faisyal.
Ia pun memprediksi, jika perundingan perang dagang dan penyelesaian Brexit berjalan lancar, rupiah dalam waktu dekat bisa menguat di kisaran Rp 13.800 per dollar AS. Jika sebaliknya, rupiah bisa kembali terperosok ke level Rp 14.000 per dollar AS.
Kelanjutan perang dagang juga diyakini akan terus menjadi sentimen yang mempengaruhi rupiah secara jangka panjang.
Menurut Faisyal, jika tensi perang dagang kembali memanas, secara tidak langsung hal ini akan menyulitkan langkah pemerintah dalam menekan defisit neraca perdagangan. Sebab, AS dan China menjadi negara tujuan ekspor terbesar untuk Indonesia. Perseteruan kedua negara jelas akan menghambat ekspor Indonesia.
Kurs rupiah pun masih akan terus dipengaruhi oleh sentimen perlambatan ekonomi global hingga akhir tahun nanti.
Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga akan mencermati upaya konkret dari pemenang pilpres nanti dalam menjaga stabilitas fundamental ekonomi Indonesia. Hal ini nantinya juga akan mempengaruhi pergerakan rupiah dalam jangka panjang. “Kalau para pelaku pasar kehilangan kepercayaan kepada pemenang pilpres, bisa saja rupiah melemah pasca agenda politik tersebut,” terang Faisyal.
Dia pun memprediksi, rupiah akan berada di kisaran Rp 13.700—Rp 14.300 per dollar AS pada akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News