kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tren pelemahan rupiah jadi tantangan bagi penerbitan obligasi global


Kamis, 23 Mei 2019 / 20:03 WIB
Tren pelemahan rupiah jadi tantangan bagi penerbitan obligasi global


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas kurs rupiah yang meningkat di tengah ketidakpastian global menjadi tantangan tersendiri bagi penerbitan obligasi global atau global bond korporasi asal Indonesia.

Berdasarkan pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, beberapa emiten tengah berencana menerbitkan obligasi global. Misalnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang sedang memproses obligasi global berdenominasi dollar AS pada awal bulan ini. Fitch Ratings telah memberi ekspektasi peringkat obligasi tersebut di level B+ (exp) dengan recovery rating RR4.

Ada pula PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang baru-baru ini telah mendapat restu melalui RUPSLB untuk menerbitkan obligasi global senilai US$ 850 juta. Namun, manajemen TBIG masih mencari momentum yang tepat untuk menerbitkan obligasi tersebut.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengatakan, tren pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir sebenarnya memberatkan langkah emiten dalam menerbitkan obligasi global. Sebab, beban kewajiban pembayaran pokok dan bunga obligasi global yang ditanggung oleh emiten otomatis membengkak.

Belum lagi, situasi global sedang tidak menentu seiring meningkatnya eskalasi perang dagang antara AS dan China akhir-akhir ini. Konflik tersebut membuat para pelaku pasar global cenderung berhati-hati untuk berinvestasi pada aset-aset yang diterbitkan oleh perusahaan dari negara berkembang.

Hal ini membuat emiten berpotensi kesulitan memenuhi target penerbitan obligasi global yang dicanangkan. “Namun, seluruh risiko tadi sebenarnya tidak menjadi masalah selama emiten memang membutuhkan pendanaan ekspansi atau refinancing dalam dollar AS,” ujar dia, Kamis (23/5).

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya juga menyatakan, kondisi rupiah yang belum stabil di atas kertas akan membuat emiten berpikir-pikir dahulu sebelum menerbitkan obligasi global.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa tren pelemahan rupiah sejatinya hanya bersifat temporer. Jika emiten yang bersangkutan memiliki perhitungan yang tepat terkait proyeksi rupiah dalam beberapa waktu ke depan, penerbitan obligasi global tetap bisa dilaksanakan. “Penting bagi emiten untuk memiliki analisis yang matang mengenai kondisi rupiah selama obligasi globalnya beredar di pasar,” ungkapnya, hari ini.

Meskipun rupiah dalam tren melemah, emiten masih mendapat stimulus dari rendahnya level yield US Treasury. Kamis (23/5) pukul 18.30 WIB, yield US Treasury tenor 10 tahun berada di level 2,35%. Angka ini turun signifikan dibandingkan posisi di akhir tahun lalu yakni 2,68%.

Sebagai benchmark berskala global, tren penurunan yield US Treasury tentu membuat cost of fund emiten atas obligasi global yang diterbitkannya menjadi lebih ringan.

“Emiten tinggal menyesuaikan kupon obligasi global yang pas dengan peringkat utangnya, sehingga investor global tertarik untuk melakukan pembelian,” jelas Edbert.

Sama halnya dengan obligasi korporasi lokal, spread antara kupon obligasi global dengan yield US Treasury juga akan semakin melebar apabila emiten mendapat peringkat utang yang rendah. Begitu pun sebaliknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×