Reporter: Dimas Andi | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama seminggu terakhir melemah. Penurunan ini menghentikan tren kenaikan harga saham BUMI yang berlangsung selama enam bulan terakhir. Apakah sekarang saatnya beli atau jual saham BUMI?
Harga saham BUMI pada perdagangan Jumat 10 Oktober 2025 ditutup di level 138 turun 4 poin atau 2,82% dibandingkan sehari sebelumnya. Sepanjang minggu kemarin, harga saham BUMI terakumulasi turun 24 poin atau 14,81%.
Padahal, harga saham BUMI telah mendaki sejak April 2025. Selama enam bulan terakhir, harga saham BUMI terakumulasi naik 45 poin atau 48,39%.
Baca Juga: Harga Saham Emiten Nikel 328%, Cek yang Layak Beli & Jual Hari Ini (13/10)
Meski harga saham mulai melemah, analis rekomendasi beli saham BUMI. Menurut analis, penurunan harga saham BUMI menjadi momentum terbaik untuk mulai masuk ke saham Bakrie Group tersebut.
BUMI memiliki prospek cerah setelah sukses menuntaskan proses akuisisi Wolfram Limited, tambang mineral asal Australia. Akuisisi ini menjadi langkah diversifikasi BUMI di tengah kondisi industri batubara yang diliputi ketidakpastian.
Sebagaimana diketahui, pada 7 Oktober 2025 lalu BUMI melakukan transaksi pengambilalihan WFL sejumlah 126.599.340 saham yang mewakili 99,68% saham di Wolfram dengan nilai transaksi Rp 696.777.347.745 atau setara dengan AUD 6.399.670.
Transaksi ini merupakan pembayaran awal dari rangkaian transaksi atas rencana BUMI untuk mengakuisisi 100% saham WFL.
Pembayaran tahap selanjutnya direncanakan pada akhir Oktober 2025, di mana BUMI perusahaan akan mengakuisisi 0,32% saham WFL dengan nilai Rp 2.205.207.230 atau setara AUD 200.335.
Alhasil, per November 2025 nanti, BUMI akan menjadi pemegang 100% saham di WFL dengan total nilai transaksi Rp 698.982.554.975 atau setara dengan AUD 63.500.005.
Tonton: Satgas: Ada 22 Pabrik di Cikande Terkontaminasi Radioaktif Cesium-137
Produksi emas
Sementara itu, Advisor Bumi Resources Christopher Fong menyampaikan, Wolfram akan memulai produksi emas pada Juni 2026. Diharapkan dalam 12 bulan paska dimulainya produksi, Wolfram dapat menghasilkan sekitar 75.000—100.000 ons troi emas per tahun.
“Para pemegang saham Bumi Resources akan melihat hasil keuangan yang positif dalam 12 bulan setelah produksi dimulai di Australia,” ujar dia, Kamis (9/10/2025) malam.
Dia menambahkan, tidak menutup kemungkinan BUMI akan kembali berekspansi dengan mengakuisisi tambang non-batubara lain pada masa mendatang. Hal ini sebagai bagian dari transformasi BUMI menjadi perusahaan pertambangan yang terintegrasi dan memiliki beragam komoditas.
“Kami akan mengumumkan aset non-batubara lainnya di Indonesia dan Australia dalam 6—12 bulan,” jelas dia.
Dihubungi terpisah, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menyampaikan, akuisisi Wolfram sangat penting bagi BUMI, mengingat aksi korporasi ini menjadi langkah nyata perusahaan dalam mendiversifikasi bisnis ke komoditas non-batubara.
Dalam jangka pendek, akuisisi ini belum berdampak banyak bagi BUMI lantaran tambang emas Wolfram masih dalam tahap pengembangan dan adaptasi operasional. Namun, dalam jangka menengah atau 2026 ke atas, Wolfram berpeluang menjadi sumber pendapatan baru bagi BUMI dari komoditas emas ataupun tembaga.
“Akuisisi ini juga akan memperkuat posisi BUMI sebagai multimineral group, sehingga tidak lagi terlalu bergantung ke komoditas batubara yang siklusnya fluktuatif,” kata dia, Kamis (9/10/2025).
Potensi BUMI untuk kembali melakukan diversifikasi di luar sektor batubara masih sangat terbuka, terutama setelah adanya dukungan dari Grup Bakrie yang mulai aktif di sektor energi baru dan mineral strategis. Namun, BUMI tetap perlu hati-hati dan harus fokus ke proyek yang sesuai dengan kapabilitas perusahaan.
Selain itu, BUMI juga perlu lihai dalam mengelola capital expenditure (capex) agar leverage perusahaan tidak naik terlalu cepat. Perusahaan ini juga mesti memastikan tiap proyek baru dapat memiliki kontribusi EBITD dalam 2 tahun—3 tahun sejak proyek tersebut dimulai.
“Kalau eksekusinya solid, BUMI bisa bertransformasi menjadi integrated resource company dengan portofolio seimbang antara energi fosil dan mineral hijau,” terang dia.
Wafi menyebut, secara teknikal saham BUMI sudah naik tinggi, sehingga muncul potensi koreksi jangka pendek. Saham BUMI layak diakumulasi beli saat terjadi koreksi atau ketika valuasinya di bawah rata-rata sektor pertambangan yakni dengan Prive to Book Value (PBV) di bawah 1 kali.
Adapun harga saham BUMI yang wajar menurut Wafi ada di level Rp 160 per saham.
Selanjutnya: Trump Bilang Jangan Cemas soal China, Pasar Kripto Langsung Bangkit
Menarik Dibaca: Promo Bakmi GM Serbu Serba Rp 22.000-an di Seluruh Outlet, Cuma 13-24 Oktober
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News