CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.884   -96,00   -0,61%
  • IDX 7.256   -52,56   -0,72%
  • KOMPAS100 1.110   -7,28   -0,65%
  • LQ45 881   -5,61   -0,63%
  • ISSI 220   -1,33   -0,60%
  • IDX30 451   -2,91   -0,64%
  • IDXHIDIV20 542   -4,14   -0,76%
  • IDX80 127   -0,94   -0,73%
  • IDXV30 136   -1,21   -0,88%
  • IDXQ30 150   -1,16   -0,77%

Tren jangka panjang, kilau emas masih redup


Selasa, 20 Desember 2016 / 15:58 WIB
Tren jangka panjang, kilau emas masih redup


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Emas kembali tertekan meski sempat menguat di awal pekan. Pergerakan harga emas dalam jangka pendek mengalami konsolidasi, namun tren jangka panjang tetap melemah.

Mengutip Bloomberg, Selasa (20/12) pukul 15.30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Februari 2017 di Commodity Exchange melemah 0,73% ke level US$ 1.134,4 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, emas terkikis 2,1%.

Analis PT SoeGee Futures, Alwi Assegaf mengatakan, harga emas sempat menguat di awal pekan lantaran pelaku pasar memanfaatkan rendahnya harga untuk melakukan aksi bargain hunting.

Di samping itu, emas menguat seiring dengan konsolidasi dollar AS setelah menyentuh level tertinggi dalam 14 tahun. "Tetapi sentimen utama penggerak harga emas sebenarnya masih tertuju pada rencana kenaikan suku bunga The Fed tahun depan," paparnya.

Meski demikian, sepanjang tahun ini emas masih mampu mencatat kenaikan sekitar 8%. Pergerakan emas terus menanjak ketika terjadi Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada pertengahan tahun ini.

Isu Brexit sempat menimbulkan gejolak pada pasar saham sehingga mengangkat emas sebagai aset aman. Tetapi, emas kembali tergerus menjelang akhir tahun di tengah prospek kenaikan suku bunga The Fed.

Oleh karena itu, Alwi menduga rencana The Fed menaikkan suku bunga hingga tiga kali tahun 2017 membuat harga emas sulit menguat. Apalagi ditambah dengan tingginya yield obligasi di Amerika Serikat yang mencapai 2%. "Tingginya yield obligasi di atas inflasi membuat pamor emas sebagai inflation hedge pudar," imbuhnya.

Alwi memperkirakan harga emas masih beresiko turun pada tahun depan apabila tidak ada peristiwa menggemparkan yang dapat mendorong minat safe haven. Rencana kenaikan suku bunga The Fed berpeluang besar terealisasi dengan dukungan program ekonomi Presiden Donald Trump.

Gubernur The Fed, Janet Yellen telah menyatakan bahwa kondisi lapangan kerja di AS saat ini merupakan yang terbaik dalam satu dekade. Hal tersebut turut mendukung peluang kenaikan suku bunga tahun depan. "Level US$ 1.200 per ons troi akan menjadi resistance kuat pada kuartal I-2017. Area support di level US$ 1.050,45," kata Alwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×