Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemodal asing masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama sembilan hari berturut-turut, asing membukukan net sell hingga Rp 8,25 triliun di BEI. Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga susut 0,25% ke 5.702,92.
Tapi jangan khawatir. Analis yakin tren IHSG masih bullish. Bursa Indonesia masih merasakan sentimen positif rating investment grade dari Standard & Poor's.
Beberapa waktu lalu, United Nations Conference on Trade & Development (UNCTAD) jugamenyatakan Indonesia menjadi negara destinasi investasi favorit keempat di dunia. "Tapi saya menilai sentimen UNCATD pengaruhnya lebih terasa ke sektor riil," ujar Aditya Perdana Putra, analis Semesta Inovest, pada KONTAN, Kamis (8/6).
Kendati demikian, bukan berarti pasar modal Indonesia kehilangan pamor. IHSG masih berpotensi naik. Aksi net sell asing terjadi lantaran investor asing wait and see kebijakan moneter The Fed.
The Fed akan menggelar rapat membahas kebijakan bunga acuan pertengahan bulan ini. "Saya optimistis pasca keputusan The Fed nanti IHSG kembali mencatat penguatan, didorong oleh masuknya investasi asing kembali berinvestasi di Indonesia," kata Riska Afriani, Analis OSO Sekuritas.
Penguatan IHSG juga akan ditopang laporan kinerja keuangan emiten yang diprediksi semakin solid. Belum lagi, pemerintah terus menggenjot penerimaan pajak.
Hal senada disampaikan Taye Shim, Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Sebelumnya, memang sempat ada kehati-hatian pasar seiring munculnya sentimen negatif global terkait pemilihan umum di Inggris dan sejumlah sentimen lain. Tapi, hal itu tidak cukup untuk menjatuhkan IHSG. "Kami melihat indeks saham masih berada dalam tren bullish," ujar Taye.
Taye bahkan merevisi target IHSG akhir 2017 menjadi 6.241 dari semula 5.963. Adapun Aditya menetapkan target IHSG konservatif 6.080 di akhir tahun ini. Target agresifnya di 6.370.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News